Sosiolog dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Tyas Retno Wulan mengatakan salah satu upaya mencegah kekerasan seksual pada anak adalah dengan memberikan pendidikan dan edukasi seks sejak usia dini.
"Pendidikan dan edukasi seks sejak usia dini akan mengajarkan anak untuk tahu hak-hak kesehatan reproduksinya," kata Tyas Retno Wulan ketika dihubungi dari Jakarta, Selasa.
Kajur Sosiologi FISIP Unsoed itu menjelaskan melalui pendidikan dan edukasi seks sejak dini, anak-anak dapat mengetahui bahwa hanya orang tertentu yang boleh menyentuh bagian sensitifnya.
"Misalkan, anak akan dapat mengetahui bahwa hanya ibu atau dirinya sendiri yang boleh menyentuh bagian sensitifnya," katanya.
Selain itu, kata dia, anak juga perlu diajarkan untuk berani berbicara dan bercerita kepada keluarga atau guru di sekolah jika mengalami pelecehan atau kekerasan seksual.
"Anak harus berani speak up. Agar anak berani, orang tua harus terus memberikan edukasi dan pendampingan," katanya.
Tyas menambahkan bahwa selama ini pendidikan seksual masih dianggap tabu, padahal pendidikan seksual pada anak merupakan hal yang sangat penting.
"Dengan mendapatkan pendidikan seksual sejak usia dini diharapkan anak-anak akan mampu menghindari perilaku-perilaku berisiko yang mungkin terjadi," katanya.
Selain perlu memberikan pendidikan seksual sejak dini, kata dia, orang tua juga harus mendampingi anak-anak mereka dalam mengakses konten-konten di internet dan media sosial.
"Tujuannya, untuk mencegah kemungkinan terdapatnya konten negatif seperti kekerasan dan pornografi," katanya.
Menurut dia, kasus kekerasan seksual dapat meningkat karena banyak faktor, misalkan pendewasaan seksual yang lebih cepat karena pengaruh media yang memperlihatkan pornografi dan pornoaksi tanpa penyaringan serta kurangnya edukasi tentang pendidikan seksual.
"Karena itu, orang tua perlu menjadi sahabat anak pada setiap fase hidupnya, berkomunikasi yang baik, mendampingi dan memberikan pemahaman mana yang boleh dan tidak boleh, termasuk memberikan pendidikan seks sejak dini," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023
"Pendidikan dan edukasi seks sejak usia dini akan mengajarkan anak untuk tahu hak-hak kesehatan reproduksinya," kata Tyas Retno Wulan ketika dihubungi dari Jakarta, Selasa.
Kajur Sosiologi FISIP Unsoed itu menjelaskan melalui pendidikan dan edukasi seks sejak dini, anak-anak dapat mengetahui bahwa hanya orang tertentu yang boleh menyentuh bagian sensitifnya.
"Misalkan, anak akan dapat mengetahui bahwa hanya ibu atau dirinya sendiri yang boleh menyentuh bagian sensitifnya," katanya.
Selain itu, kata dia, anak juga perlu diajarkan untuk berani berbicara dan bercerita kepada keluarga atau guru di sekolah jika mengalami pelecehan atau kekerasan seksual.
"Anak harus berani speak up. Agar anak berani, orang tua harus terus memberikan edukasi dan pendampingan," katanya.
Tyas menambahkan bahwa selama ini pendidikan seksual masih dianggap tabu, padahal pendidikan seksual pada anak merupakan hal yang sangat penting.
"Dengan mendapatkan pendidikan seksual sejak usia dini diharapkan anak-anak akan mampu menghindari perilaku-perilaku berisiko yang mungkin terjadi," katanya.
Selain perlu memberikan pendidikan seksual sejak dini, kata dia, orang tua juga harus mendampingi anak-anak mereka dalam mengakses konten-konten di internet dan media sosial.
"Tujuannya, untuk mencegah kemungkinan terdapatnya konten negatif seperti kekerasan dan pornografi," katanya.
Menurut dia, kasus kekerasan seksual dapat meningkat karena banyak faktor, misalkan pendewasaan seksual yang lebih cepat karena pengaruh media yang memperlihatkan pornografi dan pornoaksi tanpa penyaringan serta kurangnya edukasi tentang pendidikan seksual.
"Karena itu, orang tua perlu menjadi sahabat anak pada setiap fase hidupnya, berkomunikasi yang baik, mendampingi dan memberikan pemahaman mana yang boleh dan tidak boleh, termasuk memberikan pendidikan seks sejak dini," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023