Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan sagu bisa menjadi alternatif bahan pokok di Indonesia untuk mengantisipasi krisis pangan dunia.
“Sebab sagu memiliki kandungan yang sangat baik khususnya untuk mengurangi angka stunting (kekurangan gizi kronis),” kata Moeldoko setelah menandatangani dan mendeklarasikan sagu sebagai pangan berkelanjutan dan pengembangan hutan lahan basah menuju Indonesia Net Zero 2060 di Wisata Kampoeng Reklamasi Air Jangkang, Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, Selasa.
Sebagaimana keterangan diterima di Jakarta, Selasa, Moeldoko menuturkan sagu merupakan makanan pokok bagi masyarakat jauh sebelum bangsa Indonesia terbiasa dengan beras. Tanaman sagu, ujarnya, punya banyak kelebihan yakni bisa tumbuh di situasi tanah apapun, termasuk di lahan bekas tambang.
“Yang paling penting penikmatnya juga makin besar di dunia,” tutur Moeldoko.
Moeldoko menyampaikan kebutuhan ekspor sagu ke mancanegara sangat luar biasa, dan dunia saat ini menunggu ekspor sagu Indonesia.
Menurut dia, meskipun 90 persen tanaman sagu ada di Indonesia, namun posisi Indonesia masih berada di urutan keempat sebagai negara eksportir sagu.
“Dari sisi pengolahan sagu ini belum maksimal sehingga perlu alat untuk meningkatkan produksi dan ekspor sagu ini,” ujar dia.
Selain dapat dikonsumsi, kata Moeldoko, sisa produksi sagu juga bisa menjadi bahan baku bioenergi dan limbahnya dapat dioptimalkan untuk pakan ternak.
Baca juga: Moeldoko tantang Pemprov Bangka Belitung majukan sagu
Baca juga: Moeldoko: Perang Ukraina-Rusia akibatkan harga pangan dunia melambung
“Jika mengelola sagu dengan benar, penggunaan bahan baku produksi, sampah, emisi, dan energi terbuang dapat diminimalisir. Di Pabrik ini sagu bisa jadi tepung, mie instan, energi alternatif bahkan pangan untuk sapi,” jelasnya.
Moeldoko berharap deklarasi sagu sebagai bahan pangan berkelanjutan di Bangka Belitung pada Selasa ini tidak hanya di atas kertas, melainkan ada komitmen dan aksi nyata dari pemerintah daerah dan seluruh pemangku kepentingan atau stakeholder untuk mempercepat sagu sebagai alternatif pangan berkelanjutan.
"Sagu memiliki banyak manfaat sehingga perlu disosialisasikan agar menjadi komoditas pangan alternatif yang perlu dipertimbangkan oleh konsumen dan produsen," kata dia.
Pada kesempatan itu, Moeldoko juga melakukan penanaman pohon sagu di kampung reklamasi PT Timah Tbk, di Desa Air Jangkang, Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung. Pada tahap awal, telah dilakukan penanaman 300 batang sagu di lahan tersebut dan direncanakan akan ditanami 1 juta pohon rumbia yang menghasilkan sagu di lahan bekas tambang tersebut.
Baca juga: Moeldoko: Tindak tegas penambang timah ilegal di Bangka Belitung
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023
“Sebab sagu memiliki kandungan yang sangat baik khususnya untuk mengurangi angka stunting (kekurangan gizi kronis),” kata Moeldoko setelah menandatangani dan mendeklarasikan sagu sebagai pangan berkelanjutan dan pengembangan hutan lahan basah menuju Indonesia Net Zero 2060 di Wisata Kampoeng Reklamasi Air Jangkang, Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, Selasa.
Sebagaimana keterangan diterima di Jakarta, Selasa, Moeldoko menuturkan sagu merupakan makanan pokok bagi masyarakat jauh sebelum bangsa Indonesia terbiasa dengan beras. Tanaman sagu, ujarnya, punya banyak kelebihan yakni bisa tumbuh di situasi tanah apapun, termasuk di lahan bekas tambang.
“Yang paling penting penikmatnya juga makin besar di dunia,” tutur Moeldoko.
Moeldoko menyampaikan kebutuhan ekspor sagu ke mancanegara sangat luar biasa, dan dunia saat ini menunggu ekspor sagu Indonesia.
Menurut dia, meskipun 90 persen tanaman sagu ada di Indonesia, namun posisi Indonesia masih berada di urutan keempat sebagai negara eksportir sagu.
“Dari sisi pengolahan sagu ini belum maksimal sehingga perlu alat untuk meningkatkan produksi dan ekspor sagu ini,” ujar dia.
Selain dapat dikonsumsi, kata Moeldoko, sisa produksi sagu juga bisa menjadi bahan baku bioenergi dan limbahnya dapat dioptimalkan untuk pakan ternak.
Baca juga: Moeldoko tantang Pemprov Bangka Belitung majukan sagu
Baca juga: Moeldoko: Perang Ukraina-Rusia akibatkan harga pangan dunia melambung
“Jika mengelola sagu dengan benar, penggunaan bahan baku produksi, sampah, emisi, dan energi terbuang dapat diminimalisir. Di Pabrik ini sagu bisa jadi tepung, mie instan, energi alternatif bahkan pangan untuk sapi,” jelasnya.
Moeldoko berharap deklarasi sagu sebagai bahan pangan berkelanjutan di Bangka Belitung pada Selasa ini tidak hanya di atas kertas, melainkan ada komitmen dan aksi nyata dari pemerintah daerah dan seluruh pemangku kepentingan atau stakeholder untuk mempercepat sagu sebagai alternatif pangan berkelanjutan.
"Sagu memiliki banyak manfaat sehingga perlu disosialisasikan agar menjadi komoditas pangan alternatif yang perlu dipertimbangkan oleh konsumen dan produsen," kata dia.
Pada kesempatan itu, Moeldoko juga melakukan penanaman pohon sagu di kampung reklamasi PT Timah Tbk, di Desa Air Jangkang, Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung. Pada tahap awal, telah dilakukan penanaman 300 batang sagu di lahan tersebut dan direncanakan akan ditanami 1 juta pohon rumbia yang menghasilkan sagu di lahan bekas tambang tersebut.
Baca juga: Moeldoko: Tindak tegas penambang timah ilegal di Bangka Belitung
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023