Guru Besar Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. dr. Elisna Syahrudin, PhD. SpP(K) membantah informasi yang menyatakan bahwa rokok elektrik alias vape “lebih aman” atau “lebih sehat” dari rokok.
“Vape dikatakan lebih baik dari rokok adalah suatu hoaks, ini adalah informasi yang sangat keliru,” kata dia pada gelar wicara bersama Yayasan Kanker Indonesia (YKI) di Jakarta, Jumat.
Sejak beberapa tahun terakhir, industri rokok elektrik semakin meluas dan diminati banyak orang, maraknya opsi varian rasa dengan bentuk yang unik pun membuatnya semakin menarik. Bahkan, tak sedikit merk rokok elektrik yang berani memberi klaim produknya “lebih aman” dari rokok tradisional, dan mengajak perokok untuk berpindah menggunakan vape.
Hal ini, menurut Elisna, membuat kalangan dokter semakin khawatir. Ia mengatakan, berdasarkan penelitian, unsur-unsur karsinogen atau zat yang berpotensi menyebabkan kanker dengan jelas ditemukan pada asap atau uap yang dihasilkan vape.
Klaim bahwa vape lebih aman dalam segi kesehatan muncul salah satunya karena rokok elektrik tidak memiliki kandungan total aerosol residue (TAR) seperti pada rokok tradisional.
Namun, Dokter Spesialis Paru itu dengan tegas mengatakan bahwa penyebab kanker utamanya pada paru bukan hanya disebabkan oleh kandungan TAR.
“Penyebab kanker bukan TAR saja, ada 40 jenis zat penyebab kanker yang terkandung di dalam asap rokok dan asap vape, tidak ada vape yang terbebas dari unsur itu, sampai sekarang tidak ada,” ujar Elisna.
Lebih lanjut, Elisna menjelaskan bahwa saat merokok, berbagai bahan kimia berbahaya, seperti nikotin, tar, benzena, karbon monoksida, dan puluhan zat karsinogen lainnya masuk ke dalam paru-paru dan menyebabkan peradangan hingga kerusakan pada DNA sel paru-paru. Proses ini lah yang dapat menyebabkan pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak terkendali.
Ia menyarankan bagi masyarakat untuk tidak termakan oleh klaim-klaim menyesatkan yang dinyatakan oleh produk rokok elektronik apapun. Meski demikian, menghindari segala jenis rokok adalah pilihan yang terbaik untuk kesehatan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023
“Vape dikatakan lebih baik dari rokok adalah suatu hoaks, ini adalah informasi yang sangat keliru,” kata dia pada gelar wicara bersama Yayasan Kanker Indonesia (YKI) di Jakarta, Jumat.
Sejak beberapa tahun terakhir, industri rokok elektrik semakin meluas dan diminati banyak orang, maraknya opsi varian rasa dengan bentuk yang unik pun membuatnya semakin menarik. Bahkan, tak sedikit merk rokok elektrik yang berani memberi klaim produknya “lebih aman” dari rokok tradisional, dan mengajak perokok untuk berpindah menggunakan vape.
Hal ini, menurut Elisna, membuat kalangan dokter semakin khawatir. Ia mengatakan, berdasarkan penelitian, unsur-unsur karsinogen atau zat yang berpotensi menyebabkan kanker dengan jelas ditemukan pada asap atau uap yang dihasilkan vape.
Klaim bahwa vape lebih aman dalam segi kesehatan muncul salah satunya karena rokok elektrik tidak memiliki kandungan total aerosol residue (TAR) seperti pada rokok tradisional.
Namun, Dokter Spesialis Paru itu dengan tegas mengatakan bahwa penyebab kanker utamanya pada paru bukan hanya disebabkan oleh kandungan TAR.
“Penyebab kanker bukan TAR saja, ada 40 jenis zat penyebab kanker yang terkandung di dalam asap rokok dan asap vape, tidak ada vape yang terbebas dari unsur itu, sampai sekarang tidak ada,” ujar Elisna.
Lebih lanjut, Elisna menjelaskan bahwa saat merokok, berbagai bahan kimia berbahaya, seperti nikotin, tar, benzena, karbon monoksida, dan puluhan zat karsinogen lainnya masuk ke dalam paru-paru dan menyebabkan peradangan hingga kerusakan pada DNA sel paru-paru. Proses ini lah yang dapat menyebabkan pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak terkendali.
Ia menyarankan bagi masyarakat untuk tidak termakan oleh klaim-klaim menyesatkan yang dinyatakan oleh produk rokok elektronik apapun. Meski demikian, menghindari segala jenis rokok adalah pilihan yang terbaik untuk kesehatan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023