Bupati Bangka Tengah Algafry Rahman mengajak warga melestarikan tradisi "makan bedulang" sebagai cerminan masyarakat Melayu yang hidup bergotong royong dan saling berbagi.

"'Makan bedulang' ini bagian dari kegiatan "nganggung" (makan bersama di masjid, langgar, dan balai), ini tradisi secara temurun dan kita harapkan tidak hilang tergilas kemajuan zaman," kata dia di Koba, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Jumat.

Tradisi "makan bedulang" merupakan warisan budaya yang patut dilestarikan, di mana masyarakat membawa aneka makanan dari rumah dengan menggunakan talam yang ditutup dengan tudung saji.

"Makan bedulang" bentuk sajian makanan dalam satu hidangan yang terdiri atas nasi, lauk pauk, kue dan air minum, serta aneka makan yang disiapkan untuk empat orang.

Tradisi ini disebut "makan bedulang" karena penyajian lauk pauk diletakkan di atas dulang, sedangkan air minum dan kue yang dilengkapi dengan kobokan (air cuci tangan) disajikan dalam baki persegi empat. Untuk nasinya, disiapkan dalam baskom kecil dan diletakkan di atas empat piring.

Selain itu, ciri khas sajian "makan bedulang" adalah tudung saji sebagai penutup dulang yang terbuat dari daun lais dengan cat merah dan dihias sedikit sentuhan warna lain berbentuk lukisan kecil.

Biasanya warga menggelar "makan bedulang" pada bulan dan hari tertentu, seperti saat kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra Miraj, menjelang memasuki Ramadhan, menjelang Idul Fitri dan Idul Adha dan kegiatan hari ketujuh (nuju ari) setelah adanya warga meninggal dunia di suatu kampung.

"Tradisi ini memiliki makna yang mendalam, yaitu sebagai wujud gotong royong, duduk dan makan bersama, serta saling berbagi," ujar dia.

Kegiatan "makan bedulang", kata dia, dapat menjadi penguat silaturahim, menghilangkan permusuhan dan perbedaan di antara sesama.

"Belum lama ini kita sudah membagikan ada sekitar 600 dulang (talam dan tudung saji) untuk warga di Desa Sungkap, sebagai bentuk ajakan kita kepada warga agar melestarikan kegiatan yang sarat dengan nilai budaya ini," kata dia.

Pewarta: Ahmadi

Editor : Bima Agustian


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023