Pangkalpinang (ANTARA) - Bangka Belitung, pulau yang dikenal sebagai penghasil timah dan lada putih terbaik di dunia, kini sedang menghadapi krisis akibat penambangan timah ilegal yang merusak lingkungan dan perekonomian.
Rusaknya lingkungan dan perekonomian di Bangka Belitung tersebut akibat adanya praktik korupsi timah yang merugikan negara mencapai Rp300 triliun. Akibatnya masyarakat menjadi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan dan ekonominya. Dalam situasi ini pertanian berkelanjutan dapat menjadi solusi dalam mengatasi krisis ekonomi sekaligus meningkatkan ketahanan pangan di Bangka Belitung.
Dampak dari kasus ini ditutupnya lima smelter, dua pabrik kelapa sawit dan pemutusan hubungan kerja (PHK) serta menurunnya pendapatan masyarakat yang bergantung pada pada sektor pertambangan. Banyak dagangan tidak laku dan daya beli masyarakat turun drastis. Hal ini menyebabkan roda perekonomian menjadi terganggu dan masyarakat menjadi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangannya.
Banyak lahan yang rusak akibat aktivitas penambangan timah, lahan bekas tambang timah memiliki ph yang asam serta tinggi kandungan logam berat, dimana kondisi ini tidak optimal untuk kegiatan pertanian. Selain disebabkan praktik penambangan, kegiatan pertanian tradisional yang tidak tepat guna juga dapat merusak kualitas tanah. Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dapat menurunkan kualitas tanah, berkurangnya mikroorganisme baik dan terakumulasinya logam berat pada tanah. Dampak dari tindakan ini akan menurunkan produktifitas lahan dalam memproduksi pangan.
Menurunnya harga komoditas pertanian di pasar lokal juga memperburuk kesenjangan sosial dan ekonomi bagi para petani terutama petani kecil. Biaya produksi yang besar berbanding terbalik dengan hasil yang didapat. Hal ini disebabkan perubahan iklim yang tidak menentu, harga pupuk yang mahal, hama dan penyakit membuat biaya produksi menjadi membengkak. Stok pasar yang melimpah, menurunnya permintaan pasar, adanya kartel pasar dan lemahnya regulasi harga pemerintah merupakan faktor-faktor yang membuat harga komoditas pertanian menjadi anjlok. Kondisi ini membuat sektor pertanian menjadi kurang diminati banyak orang sehingga berkurangnya petani untuk memenuhi kebutuhan produksi pangan. Untuk menangani permasalahan ini dapat di upayakan dengan menerapkan pertanian berkelanjutan.
Pertanian berkelanjutan
Dikutip dari laman pertanian.go.id pertanian berkelanjutan adalah pemanfaatan sumber daya alam untuk proses produksi pertanian dengan menekankan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin, dengan memberikan dampak pada ekonomi, sosial dan ekologi dalam jangka waktu yang lama. Tujuan praktek ini adalah untuk pemenuhan kebutuhan pangan, memaksimalkan produksi lahan, meningkatkan kualitas hasil panen, mendorong pertumbuhan ekonomi, pemanfaatan teknologi terbarukan dan pelestarian lingkungan.
Dari definisi ini kita ketahui pertanian berkelanjutan merupakan terobosan yang sangat diperlukan untuk mengelola salah satu potensi Bangka Belitung yang dapat menggantikan pertambangan dengan pertanian. Pertanian berkelanjutan dapat dilakukan sebagai berikut:
Rehabilitasi lahan tambang
Salah satu upaya pemulihannya adalah pemberian bahan organik untuk mengembalikan kemampuan tanah untuk menyimpan nutrisi hara, pemberian kapur pertanian untuk menaikkan ph tanah, dan upaya pengurangan bahan logam berat pada tanah dengan menanam varietas tanaman yang dapat mengikat dan mengubah logam berat menjadi tidak berbahaya.
Pemberdayaan petani
Dengan memberikan akses informasi, pengetahuan, teknologi, modal dan akses pasar kepada petani. Diharapkan petani tersebut dapat mandiri, membuka lapangan pekerjaan baru, dan meningkatkan kesejahteraan petani dengan memberikan dampak positif pada masyarakat dan lingkungan.
Penanaman variatas yang bernilai jual tinggi dan tahan perubahan iklim
Untuk meningkatkan kesejahteraan petani tentu diperlukan kemudahan akses bibit yang berkualitas tinggi dan tahan terhadap penyakit dan perubahan iklim. Melalui usaha ini petani dapat menekan biaya produksi sekaligus meningkatkan kualitas hasil panen yang bernilai jual tinggi di pasaran.
Pemanfaatan teknologi terbarukan
Hal ini sangat diperlukan untuk meningkatkan efisiensi produksi dan hasil panen pertanian. Pemanfaatan teknologi seperti penggunaan dron untuk pemupukan agar dapat meningkatkan efisiensi waktu dan tenaga kerja. Pemanfaatan kecerdasan buatan (AI), untuk menganalisis data-data yang diperlukan dalam pertanian seperti penetapan dosis pupuk, analisis cuaca dan tanah. Tentu hal ini sangat menunjang kebutuhan petani dalam mengelola lahannya.
Terbukanya peluang untuk masuk pasar global
Kesadaran masyarakat global akan pentingnya produk yang tidak hanya sehat tetapi berkelanjutan, membuka peluang yang lebar untuk produk pertanian berkelanjutan baik kepada para petani, eksportir dan pelaku usaha agribisnis. Peluang ini akan berdampak signifikan bagi perekonomian Bangka Belitung. Namun sebelumnya petani kita perlu mendapatkan sertifikasi dari lembaga yang berwenang agar bisa mengakses peluang ini. Melalui upaya ini diharapkan sektor pertanian dapat mencapai ketahanan pangan dan menjadi salah satu pilar kuat menopang perekonomian Bangka Belitung.
Untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan diperlukan dukungan dari semua pihak dan golongan. Dalam hal ini pemerintah daerah mendorong investasi dan bantuan dana dalam sektor pertanian, akademisi dan lembaga pendidikan dapat berkolaborasi memberikan pelatihan dan pembinaan kepada petani. Pihak swasta menyediakan teknologi dan infrastruktur pendukung, serta masyarakat berpartisipasi aktif dalam proses rehabilitasi dan penerapan teknologi.
Pengembangan pertanian berkelanjutan tidak hanya mengatasi ketahanan pangan dan krisis ekonomi saja. Tetapi juga membuka lapangan pekerjaan baru yang lebih stabil dan menjanjikan. Petani lokal yang mandiri secara ekonomi, serta pemulihan lingkungan melalui pengolahan lahan yang baik akan memberikan dampak positif bagi generasi selanjutnya. Melalui ini Bangka Belitung dapat membuktikan bahwa dapat bangkit dari krisis dan juga membuka peluang besar untuk masa depan.
*) Penulis adalah Ahmad Nabil Annayief, Mahasiswa Universitas Bangka Belitung