Pangkalpinang (Antara Babel) - Yayasan Lembaga Konsumen Bangka Belitung imbau masyarakat agar lebih waspada dalam membeli produk makanan impor menjelang Idul Fitri 1437 Hijriah.

"Setiap menjelang Lebaran banyak makanan impor yang beredar, bahkan tidak sedikit yang ilegal tanpa izin edar," kata Ketua YLKBB Rachmat Jaya di Pangkalpinang, Selasa.

Ia mengatakan makanan impor bisa saja tidak baik dikonsumsi karena bahan yang digunakan dapat mengganggu kesehatan, misalnya penggunaan bahan pewarna yang berlebihan dan komposisinya yang belum tentu halal.

"Setiap makananan yang akan dikonsumsi harus lebih dahulu diseleksi ketat agar tidak membahayakan kesehatan masyarakat dan konsumen," ujarnya.

Menurut dia, masyarakat jangan terpengaruh dengan berbagai merk produk makanan dari luar negeri, misalnya Malaysia, Tiongkok, dan berbagai negara lainnya.

"Biasanya, pada setiap Bulan Puasa dan mendekati Lebaran, seluruh 'supermarket', pusat perbelanjaan dan toko-toko roti kebanjiran dengan berbagai jenis produk makanan dari negara asing, seperti produk kue kering, 'snack' beras, cokelat, permen, dan sebagainya," katanya.

Ia menyebutkan konsumen dan masyarakat harus lebih hati-hati dalam membeli produk makanan tersebut, dan jangan sampai salah pilih karena akan merugikan diri sendiri, serta keluarga.

Ia mengatakan bahkan saat menjelang Bulan Puasa banyak ditemukan produk makanan impor dan dalam negeri yang sudah kedaluwarsa dan hal itu bisa mengganggu kesehatan, serta menimbulkan penyakit.

"Ditemukan juga barang impor ilegal, produk campuran, makanan yang tidak tercatat di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)," katanya.

Ia berharap, institusi pemerintah yang berwenang dalam menangani produk makanan, yakni BPOM, Dinas Kesehatan, dan Dinas Perdagangan harus segera turun tangan ke lapangan untuk mengawasi agar produk yang bermasalah itu tidak lolos dibeli masyarakat.

"Aparat yang berwenang dalam menyeleksi produk makanan itu, juga harus meneliti produk dalam negeri yang merugikan kesehatan, yakni makanan dan minuman yang dicampur formalin atau zat pewarna yang mengandung zat kimiawi tinggi," katanya.

Pewarta: Septi Artiana

Editor : Mulki


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016