Calon wakil presiden nomor urut tiga Mahfud Md mengatakan impor komoditas pangan pada era Jokowi terhitung tinggi.
Padahal pada debat tahun 2019 lalu, Jokowi yang saat itu berstatus calon presiden berjanji tidak akan mengimpor komoditas pangan.Namun faktanya, hingga saat ini, pemerintah masih mengimpor komoditas pangan.
Mahfud Md menjelaskan pemerintah masih impor komoditas pangan seperti, kedelai, susu, gula pasir, beras, daging sapi dan sebagainya.
“Pada tanggal 17 Februari 2019 dalam sebuah debat calon presiden, itu Pak Prabowo mengatakan bahwa Pak Jokowi itu menyampaikan tidak akan mengimpor komoditas-komoditas pangan, jika nanti terpilih presiden. Ternyata, kata Pak Prabowo, empat tahun memimpin Jokowi masih mengimpor dan itu merugikan banyak petani. Pak Jokowi bilang tidak akan impor, tapi sampai sekarang kita masih mengimpor banyak, malah semakin banyak mafianya impor mengimpor bahan pangan. Nah itulah sebabnya, apa usulan anda untuk menyelesaikan masalah lima tahun lalu?," kata Mahfud dalam debat cawapres kedua pada Ahad (21/1/2024).
Namun, benarkah impor komoditas pangan pemerintahan Jokowi terhitung tinggi?
Penjelasan:
Menurut Peneliti Sajogyo Institute, Kiagus M Iqbal, impor beras pada 2023 merupakan impor tertinggi dalam lima tahun terakhir. Bahkan tertinggi ketiga setelah tahun 1998 dan 1999.
Lead Knowledge Generation Koalisi Sistem Pangan Lestari, Romauli Panggabean, menjabarkannya sebagai berikut, untuk impor beras berdasarkan data BPS volume beratnya trennya menurun dari 444.508,8 ton tahun 2018 menjadi 429.207,3 pada tahun 2022.
Sedangkan berdasarkan nilai CIF dari pembelian beras impor tersebut memang meningkat, dari 184 juta dolar AS pada tahun 2019, menjadi 202 juta dolar AS pada tahun 2022. Jadi yang meningkat adalah nilai impornya, tetapi secara volume trennya menurun.
Untuk volume impor sayur meningkat cukup tajam dari tahun 2019 ke 2022. Dari 770.000 ton tahun 2019 menjadi 1 juta ton pada tahun 2022. Sedangkan nilai impornya juga meningkat dari 770 juta dolar AS tahun 2019, menjadi 952 juta dolar AS pada tahun 2022.
Untuk volume impor daging sejenis lembu menurun dari tahun 2019 ke 2022. Volume impor daging sejenis lembu pada tahun 2019 sebesar 262.000 ton menjadi 225.000 ton pada tahun 2022. Sedangka untuk nilai impornya meningkat tidak terlalu tinggi yaitu dari 829 juta dolar AS tahun 2019, menjadi 861 juta dolar AS pada tahun 2022.
Untuk volume dan nilai impor buah-buahan sama-sama meningkat tetapi tidak setinggi sayur-sayuran. Volume impor buah meningkat dari 724.000 ton tahun 2019, menjadi 749.000 ton tahun 2022. Sedangkan nilai impor buah juga mengalami kenaikan, yaitu dari 1,4 miliar dolar AS tahun 2019 menjadi 1,5 miliar dolar AS pada tahun 2022.
Sedangkan untuk impor gula, volume impor meningkat sangat tajam, meningkat dari 4 juta ton tahun 2019, menjadi 6 juta ton pada tahun 2022
Artikel ini adalah hasil kolaborasi Aliansi Jurnalis Independen, Asosiasi Media Siber Indonesia, Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia, Cekfakta.com bersama 18 media di Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024
Padahal pada debat tahun 2019 lalu, Jokowi yang saat itu berstatus calon presiden berjanji tidak akan mengimpor komoditas pangan.Namun faktanya, hingga saat ini, pemerintah masih mengimpor komoditas pangan.
Mahfud Md menjelaskan pemerintah masih impor komoditas pangan seperti, kedelai, susu, gula pasir, beras, daging sapi dan sebagainya.
“Pada tanggal 17 Februari 2019 dalam sebuah debat calon presiden, itu Pak Prabowo mengatakan bahwa Pak Jokowi itu menyampaikan tidak akan mengimpor komoditas-komoditas pangan, jika nanti terpilih presiden. Ternyata, kata Pak Prabowo, empat tahun memimpin Jokowi masih mengimpor dan itu merugikan banyak petani. Pak Jokowi bilang tidak akan impor, tapi sampai sekarang kita masih mengimpor banyak, malah semakin banyak mafianya impor mengimpor bahan pangan. Nah itulah sebabnya, apa usulan anda untuk menyelesaikan masalah lima tahun lalu?," kata Mahfud dalam debat cawapres kedua pada Ahad (21/1/2024).
Namun, benarkah impor komoditas pangan pemerintahan Jokowi terhitung tinggi?
Penjelasan:
Menurut Peneliti Sajogyo Institute, Kiagus M Iqbal, impor beras pada 2023 merupakan impor tertinggi dalam lima tahun terakhir. Bahkan tertinggi ketiga setelah tahun 1998 dan 1999.
Lead Knowledge Generation Koalisi Sistem Pangan Lestari, Romauli Panggabean, menjabarkannya sebagai berikut, untuk impor beras berdasarkan data BPS volume beratnya trennya menurun dari 444.508,8 ton tahun 2018 menjadi 429.207,3 pada tahun 2022.
Sedangkan berdasarkan nilai CIF dari pembelian beras impor tersebut memang meningkat, dari 184 juta dolar AS pada tahun 2019, menjadi 202 juta dolar AS pada tahun 2022. Jadi yang meningkat adalah nilai impornya, tetapi secara volume trennya menurun.
Untuk volume impor sayur meningkat cukup tajam dari tahun 2019 ke 2022. Dari 770.000 ton tahun 2019 menjadi 1 juta ton pada tahun 2022. Sedangkan nilai impornya juga meningkat dari 770 juta dolar AS tahun 2019, menjadi 952 juta dolar AS pada tahun 2022.
Untuk volume impor daging sejenis lembu menurun dari tahun 2019 ke 2022. Volume impor daging sejenis lembu pada tahun 2019 sebesar 262.000 ton menjadi 225.000 ton pada tahun 2022. Sedangka untuk nilai impornya meningkat tidak terlalu tinggi yaitu dari 829 juta dolar AS tahun 2019, menjadi 861 juta dolar AS pada tahun 2022.
Untuk volume dan nilai impor buah-buahan sama-sama meningkat tetapi tidak setinggi sayur-sayuran. Volume impor buah meningkat dari 724.000 ton tahun 2019, menjadi 749.000 ton tahun 2022. Sedangkan nilai impor buah juga mengalami kenaikan, yaitu dari 1,4 miliar dolar AS tahun 2019 menjadi 1,5 miliar dolar AS pada tahun 2022.
Sedangkan untuk impor gula, volume impor meningkat sangat tajam, meningkat dari 4 juta ton tahun 2019, menjadi 6 juta ton pada tahun 2022
Artikel ini adalah hasil kolaborasi Aliansi Jurnalis Independen, Asosiasi Media Siber Indonesia, Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia, Cekfakta.com bersama 18 media di Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024