Mantan Menteri Sosial Idrus Marham mengatakan bahwa sosok almarhum Prof. Salim Said sebagai perpustakaan internasional berjalan.
Idrus Marham menyampaikan pernyataan tersebut dalam rangka mengenang sosok almarhum yang meninggal dunia pada Sabtu (18/5) malam.
"Dan di situ menggambarkan bagaimana beliau sebagai seorang wartawan, bagaimana seorang insan perfilman, kemudian bagaimana juga seorang politisi dan akademisi, dan tokoh masyarakat," kata Idrus di rumah duka, Kecamatan Jatinegara, Jakarta, Minggu.
Ia menilai almarhum merupakan sosok yang konsisten dalam berpikir objektif dan menjadi teladan bagi semua pihak.
"Ketika bertemu dengan beliau saat saya diundang di lembaganya untuk ceramah, ya pesannya cuma satu. 'Idrus, kau masih muda, pesan saya adalah kau bicara, kau berpikir, jangan pernah ada beban, karena begitu Anda berpikir, Anda bersikap ada beban, pasti subjektif. Bangsa butuh pikiran-pikiran objektif, rasional, dan faktual," kenangnya.
Baca juga: PWI berduka atas wafatnya tokoh pers dan perfilman Prof. Salim Said
Baca juga: Tokoh Pers Prof. Salim Said meninggal dunia
Sementara itu, aktris senior Niniek L. Karim mengenang sosok almarhum dalam karier perfilmannya.
"Saya dekat dengan beliau karena beliau mendorong saya biar lebih aktif di dunia film," ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa mengenal sosok almarhum sejak masa kuliah dahulu.
"Prof. Salim ini senior saya di Psikologi. Beliau memang pernah di Psikologi selama 2 tahun," jelasnya.
Prof. Salim Said semasa hidupnya merupakan tokoh pers dan perfilman Indonesia, akademisi, cendekiawan, duta besar RI, anggota Badan Pekerja MPR (BP-MPR), penulis buku, dan pengamat militer.
Prof. Salim wafat pada usianya ke-80 tahun di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada hari Sabtu (18/5) pukul 19.33 WIB.
Almarhum akan disalatkan terlebih dahulu di Masjid Al Akhbar, Kecamatan Jatinegara, Jakarta. Lalu, dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024
Idrus Marham menyampaikan pernyataan tersebut dalam rangka mengenang sosok almarhum yang meninggal dunia pada Sabtu (18/5) malam.
"Dan di situ menggambarkan bagaimana beliau sebagai seorang wartawan, bagaimana seorang insan perfilman, kemudian bagaimana juga seorang politisi dan akademisi, dan tokoh masyarakat," kata Idrus di rumah duka, Kecamatan Jatinegara, Jakarta, Minggu.
Ia menilai almarhum merupakan sosok yang konsisten dalam berpikir objektif dan menjadi teladan bagi semua pihak.
"Ketika bertemu dengan beliau saat saya diundang di lembaganya untuk ceramah, ya pesannya cuma satu. 'Idrus, kau masih muda, pesan saya adalah kau bicara, kau berpikir, jangan pernah ada beban, karena begitu Anda berpikir, Anda bersikap ada beban, pasti subjektif. Bangsa butuh pikiran-pikiran objektif, rasional, dan faktual," kenangnya.
Baca juga: PWI berduka atas wafatnya tokoh pers dan perfilman Prof. Salim Said
Baca juga: Tokoh Pers Prof. Salim Said meninggal dunia
Sementara itu, aktris senior Niniek L. Karim mengenang sosok almarhum dalam karier perfilmannya.
"Saya dekat dengan beliau karena beliau mendorong saya biar lebih aktif di dunia film," ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa mengenal sosok almarhum sejak masa kuliah dahulu.
"Prof. Salim ini senior saya di Psikologi. Beliau memang pernah di Psikologi selama 2 tahun," jelasnya.
Prof. Salim Said semasa hidupnya merupakan tokoh pers dan perfilman Indonesia, akademisi, cendekiawan, duta besar RI, anggota Badan Pekerja MPR (BP-MPR), penulis buku, dan pengamat militer.
Prof. Salim wafat pada usianya ke-80 tahun di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada hari Sabtu (18/5) pukul 19.33 WIB.
Almarhum akan disalatkan terlebih dahulu di Masjid Al Akhbar, Kecamatan Jatinegara, Jakarta. Lalu, dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024