Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) mencatat hoaks yang berkaitan dengan isu kesehatan berjumlah 150 hoaks pada 2023.

Kasusnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan hoaks terkait politik, yakni sebesar 1.292 hoaks pada periode yang sama.

Anggota Presidium Mafindo, Syaifaul Arifin, di Jakarta, Rabu, menjelaskan walau jumlahnya tidak banyak, hoaks terkait kesehatan bisa berdampak besar pada ekonomi, politik, hingga kehidupan sosial masyarakat sebuah negara.

Sebagai gambaran, misalnya hoaks soal imunisasi dan vaksin. Ketika masyarakat tidak meyakini manfaat vaksin bagi tubuh, maka yang terancam kesehatannya sebenarnya bukan hanya satu orang. Dampaknya bisa jadi dirasakan sebuah kelompok atau bahkan populasi. 

Menurut Syaifaul, efek domino itu juga berlaku pada peredaran hoaks dengan tema rokok serta tembakau.

"Jika informasi soal tembakau yang diperoleh masyarakat tidak sesuai fakta, maka kerugian dari narasi salah itu bisa menimpa hingga kelompok anak-anak," jelas dia dalam forum "Peluncuran Temuan Disinfromasi Tembakau".

Syaifaul mengungkapkan anak akan menjadi kelompok rentan yang gampang percaya hingga ikut mengonsumsi nikotin. 

Hoaks soal rokok dan industri tembakau yang menyasar para pembuat aturan negara juga patut diwaspadai.  

"Karena yang paling bahaya nantinya jika pemangku kebijakan menetapkan aturan dengan menggunakan data dari hoaks," kata Syaifaul.

Mafindo kemudian merekomendasikan tindakan pencegahan hoaks (prebunking), sebagai upaya meredam persebaran kabar bohong. 

"Tujuannya untuk membangun pertahanan diri sekaligus memberikan kontra argumen sebelum individu terpapar hoaks," kata dia.

Menurut Syaifaul, prebunking juga bermanfaat membangun sikap skeptis dan kritis, sehingga publik lebih kuat menangkal hoaks. 

Pewarta: Tim JACX

Editor : Bima Agustian


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024