Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menerima sejumlah aduan dan keluhan dari masyarakat terkait tingginya biaya seragam sekolah di tahun ajaran baru 2024-2025.
"Kami menerima sejumlah laporan dan aduan bahkan keluhan dari masyarakat terkait tingginya biaya seragam sekolah," kata Wakil Ketua I DPRD Belitung, Budi Prasetyo di Tanjung Pandan, Senin.
Menurut dia, para orang tua atau wali murid mengeluhkan tingginya biaya seragam sekolah bahkan ada yang hampir mencapai Rp1 juta rupiah.
"Misalnya mulai dari topi, dasi, ikat pinggang, baju olahraga, dan baju adat," ujarnya.
Ia mengatakan, di tengah kondisi ekonomi seperti sekarang ini.tentunya sangat memberatkan para orang tua, khususnya anak-anak yang berasal dari kalangan keluarga kurang mampu.
"Sehingga kami sangat berharap sebenarnya hal ini tidak memberatkan dan membebani orang tua atau wali murid," katanya.
Oleh karena itu, lanjut Budi, pihak sekolah dapat menentukan mana seragam yang terlebih dahulu atau menjadi prioritas, sedangkan seragam lainnya bisa menyusul.
"Misalnya topi, dasi, seragam olahraga memang yang diutamakan dulu, kalau baju adat bisa misalnya menyusul," ujarnya.
Menurut Budi, orang tua banyak yang mengeluhkan tingginya seragam adat yang mencapai Rp300 ribu.
Untuk itulah, Budi berharap agar pihak sekolah bisa memberikan kesempatan kepada orang tua untuk mencicil pembayaran pengadaan seragam sekolah tersebut.
"Jangan sekaligus atau satu kali bayar tentunya ini akan memberatkan orang tua siswa, jadi kami minta pihak sekolah untuk saling mengerti dan memahami, ada jalan tengah yang terbaik," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024
"Kami menerima sejumlah laporan dan aduan bahkan keluhan dari masyarakat terkait tingginya biaya seragam sekolah," kata Wakil Ketua I DPRD Belitung, Budi Prasetyo di Tanjung Pandan, Senin.
Menurut dia, para orang tua atau wali murid mengeluhkan tingginya biaya seragam sekolah bahkan ada yang hampir mencapai Rp1 juta rupiah.
"Misalnya mulai dari topi, dasi, ikat pinggang, baju olahraga, dan baju adat," ujarnya.
Ia mengatakan, di tengah kondisi ekonomi seperti sekarang ini.tentunya sangat memberatkan para orang tua, khususnya anak-anak yang berasal dari kalangan keluarga kurang mampu.
"Sehingga kami sangat berharap sebenarnya hal ini tidak memberatkan dan membebani orang tua atau wali murid," katanya.
Oleh karena itu, lanjut Budi, pihak sekolah dapat menentukan mana seragam yang terlebih dahulu atau menjadi prioritas, sedangkan seragam lainnya bisa menyusul.
"Misalnya topi, dasi, seragam olahraga memang yang diutamakan dulu, kalau baju adat bisa misalnya menyusul," ujarnya.
Menurut Budi, orang tua banyak yang mengeluhkan tingginya seragam adat yang mencapai Rp300 ribu.
Untuk itulah, Budi berharap agar pihak sekolah bisa memberikan kesempatan kepada orang tua untuk mencicil pembayaran pengadaan seragam sekolah tersebut.
"Jangan sekaligus atau satu kali bayar tentunya ini akan memberatkan orang tua siswa, jadi kami minta pihak sekolah untuk saling mengerti dan memahami, ada jalan tengah yang terbaik," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024