Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada September 2024, secara bulanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami deflasi sebesar 0,02% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,23% (mtm).

Komoditas yang memberikan andil deflasi bulanan utamanya disumbang oleh cabai rawit, cabai merah, dan ikan kerisi. Secara tahunan, inflasi Bangka Belitung sebesar 0,49 (yoy) atau menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat 1,02% (yoy). 

Angka inflasi tahunan Bangka Belitung tersebut lebih rendah dibandingkan angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 1,84% (yoy). Inflasi tahunan pada September 2024 terutama disumbang oleh komoditas beras, sigaret kretek mesin (SKM), dan emas perhiasan. 

Di samping itu, inflasi tahunan Bangka Belitung pada periode laporan juga merupakan inflasi terendah se-Indonesia. Hal ini menjadikan Bangka Belitung sebagai provinsi dengan tingkat inflasi terendah se-Indonesia selama 5 bulan berturut-turut sejak bulan Mei sampai dengan September 2024. 

Secara spasial, Kabupaten Bangka Barat mengalami inflasi paling tinggi yaitu sebesar 0,18% (mtm), diikuti Kota Pangkalpinang sebesar 0,16% (mtm). Sementara itu, Kota Tanjung Pandan mengalami deflasi paling dalam yaitu sebesar 0,61% (mtm), diikuti Kabupaten Belitung Timur sebesar 0,12% (mtm).

Kabupaten Bangka Barat mengalami inflasi bulanan 0,18% (mtm) dan secara tahunan mengalami inflasi sebesar 0,42% (yoy). Inflasi bulanan ini terutama bersumber dari komoditas kacang panjang, udang basah, dan cumi-cumi. 

Kota Pangkalpinang mengalami inflasi bulanan 0,16% (mtm) dan secara tahunan mengalami inflasi sebesar 0,82% (yoy). Inflasi bulanan ini terutama bersumber dari komoditas angkutan udara, sigaret kretek mesin, dan shampo.  

Sementara itu, Kota Tanjungpandan mengalami deflasi bulanan 0,61% (mtm) dan secara tahunan mengalami deflasi sebesar 0,22% (yoy). Deflasi bulanan ini terutama bersumber dari komoditas cabai rawit, daging ayam ras, dan ikan kerisi. 

Kabupaten Belitung Timur mengalami deflasi bulanan 0,12% (mtm) dan secara tahunan mengalami inflasi sebesar 0,61% (yoy). Deflasi bulanan ini terutama bersumber dari komoditas cabai rawit, cabai merah, dan ikan tenggiri. 

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Rommy S. Tamawiwy menyampaikan bahwa tingkat inflasi Bangka Belitung yang terus terjaga merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter, serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah serta stakeholder lainnya yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). 

Rommy menambahkan sinergi dan kolaborasi antar pemangku kepentingan di daerah terus digelorakan terutama dalam kerangka kebijakan pengendalian inflasi 4K (Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif).

"Selama September 2024, Bank Indonesia bersama TPID Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Bangka Belitung telah melakukan berbagai upaya dalam merespon potensi risiko inflasi," katanya. 

Ia mengatakan, dalam upaya menjamin keterjangkauan harga pangan di masyarakat, telah dilakukan sidak pasar dan pemantauan stok ke 7 Kabupaten/Kota, pelaksanaan operasi pasar murah di Kabupaten/Kota, serta pemantauan harga dan pasokan. 

Selain itu, kata Dia, untuk menjaga ketersediaan pasokan pangan di masyarakat, telah dicanangkan Gerakan Ketapang Bergema (Ketahanan Pangan Bergerak Bersama) oleh Penjabat Gubernur Kepulauan Bangka Belitung pada Hari Tani Nasional 2024 untuk meningkatkan produksi pertanian guna menekan ketergantungan pasokan pangan dari luar daerah. 

Ia mengungkapkan, Bank Indonesia bersinergi dengan Pemerintah Daerah juga melakukan perluasan Program Kelurahan/Desa Tanggap Inflasi di 4 Kelurahan/Desa yaitu Kelurahan Parit Lalang (Kota Pangkal Pinang), Desa Mempaya (Kabupaten Belitung Timur), Desa Air Membau (Kabupaten Belitung) dan Kelurahan Sungai Daeng (Kabupaten Bangka Barat) dengan memberdayakan masyarakat agar bersama-sama menjaga kestabilan harga melalui kemandirian dan ketahanan pangan. 

"Bank Indonesia juga mendukung penanaman bawang merah di kawasan wisata hutan Pelawan, Desa Namang, dengan luas lahan 5000M2 untuk mendukung perlindungan lahan pertanian yang berkelanjutan," ujarnya.

Lebih lanjut, Bank Indonesia Bangka Belitung juga melaksanakan kegiatan Festival Literasi Tahun 2024 pada 9-13 September 2024 dengan sejumlah rangkaian kegiatan pengendalian inflasi, antara lain operasi pasar murah, sosialisasi dan talkshow pengendalian inflasi, serta demo dan lomba masak kreasi nusantara berbahan utama karbohidrat non beras dan ikan air tawar. 

"Melalui sinergisitas dengan seluruh pihak tersebut, Bank Indonesia meyakini bahwa inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akan tetap terjaga dan terkendali dalam kisaran target 2,5% lebih kurang 1%. 

Pewarta: Try M Hardi

Editor : Bima Agustian


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024