Pangkalpinang (ANTARA) - Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada November 2024, secara bulanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami inflasi sebesar 0,01% (mtm), berbeda arah dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi 0,18% (mtm).
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Rommy S. Tamawiwy, Selasa (3/12), mengatakan komoditas yang memberikan andil inflasi bulanan utamanya disumbang oleh komoditas daging ayam ras, bawang merah, dan angkutan udara. Secara tahunan, angka inflasi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 0,22% (yoy), lebih rendah dibandingkan angka inflasi nasional yaitu 1,55% (yoy).
"Angka inflasi tahunan ini relatif terkendali dan sama dengan bulan sebelumnya yang juga tercatat 0,22% (yoy). Di samping itu, inflasi tahunan Bangka Belitung merupakan tingkat inflasi yang terendah se-Indonesia dan sudah terjadi selama 7 bulan berturut-turut. Inflasi tahunan pada November 2024 terutama disumbang oleh komoditas sigaret kretek mesin (SKM), emas perhiasan dan beras," katanya.
Secara spasial, tercatat 3 Kabupaten/Kota mengalami inflasi yaitu Kabupaten Bangka Barat sebesar 0,08% (mtm), diikuti Kota Pangkalpinang sebesar 0,03% (mtm) dan Kota Tanjung Pandan sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, Kabupaten Belitung Timur mengalami deflasi sebesar 0,14% (mtm).
Kabupaten Bangka Barat mengalami inflasi bulanan 0,08% (mtm) dan secara tahunan deflasi sebesar 0,31% (yoy). Inflasi bulanan ini terutama bersumber dari komoditas daging ayam ras, bawang merah, dan ikan selar.
Kota Pangkalpinang mengalami inflasi sebesar 0,03% (mtm) dan secara tahunan terjadi inflasi sebesar 0,65% (yoy). Inflasi bulanan ini terutama bersumber dari komoditas daging ayam ras, angkutan udara, dan kopi bubuk.
Kota Tanjung Pandan mengalami inflasi bulanan 0,01% (mtm) dan secara tahunan deflasi sebesar 0,09% (yoy). Inflasi bulanan ini terutama bersumber dari komoditas bawang merah, kangkung, dan angkutan udara.
Sementara itu, Kabupaten Belitung Timur mengalami deflasi bulanan 0,14% (mtm) dan secara tahunan terjadi inflasi sebesar 0,30% (yoy). Deflasi bulanan ini bersumber dari komoditas ikan ekor kuning, kacang panjang, dan anggur.
Ia menyampaikan bahwa capaian inflasi Bangka Belitung yang terjaga stabil dalam beberapa bulan terakhir merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi dan kolaborasi dalam pengendalian inflasi antara Pemerintah Daerah, Bank Indonesia, serta stakeholder terkait lainnya yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
Rommy mengingatkan bahwa pada bulan Desember 2024 terdapat beberapa risiko inflasi yang perlu diwaspadai, seperti potensi lonjakan harga menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru.
”Sebagai antisipasi lonjakan harga perlu dipastikan ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi barang," ujar Rommy.
Ia mengatakan, dalam rangka merespon potensi risiko inflasi ke depan, Bank Indonesia bersama TPID terus memperkuat program pengendalian dalam kerangka kebijakan 4K (Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif).
"Untuk menjaga keterjangkauan harga pangan di masyarakat, akan tetap dilaksanakan operasi pasar bersinergi dengan Pemerintah Daerah, SPHP Bulog dan distributor," ujarnya.
Selain itu, untuk menjaga ketersediaan pasokan pangan di masyarakat, Bank Indonesia terus bersinergi dengan Pemerintah Daerah memperkuat program ketahanan pangan melalui perluasan Kelurahan/Desa Tanggap Inflasi di 4 Desa/Kelurahan baru untuk memberdayakan masyarakat dalam rangka menjaga kestabilan laju inflasi melalui kemandirian dan ketahanan pangan yaitu Kelurahan Parit Lanlang, Desa Mempaya, Desa Air Merbau, dan Kelurahan Sungai Daeng.
Dari sisi kelancaran distribusi, perlu dilakukan penguatan infrastruktur logistik untuk mendukung distribusi pangan dan mendorong kelancaran aktivitas bongkar muat termasuk penerapan prioritisasi penyeberangan kapal muatan logistik pangan di pelabuhan.
Sementara itu, komunikasi efektif, Bank Indonesia bersinergi dengan Pemerintah Daerah dan stakeholder strategis lainnya akan melakukan sosialisasi dan edukasi publik mengenai langkah-langkah pengendalian inflasi melalui berbagai kanal media.
Di samping itu, forum TPID Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Bangka Belitung juga akan menggelar rapat koordinasi untuk memastikan inflasi ke depan tetap terjaga.
"Melalui sinergisitas dengan seluruh pihak tersebut, Bank Indonesia berharap agar inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung kembali ke dalam kisaran target 2,5%+-1% untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," katanya.