Pangkalpinang (ANTARA) - Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2024, secara bulanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami inflasi sebesar 0,23% (mtm), berbeda arah dibandingkan tiga bulan sebelumnya yang berturut-turut mengalami deflasi.
Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Rommy S. Tamawiwy, Rabu, mengatakan komoditas yang memberikan andil inflasi bulanan utamanya disumbang oleh ikan kerisi, ikan bulat, dan daging ayam ras. Secara tahunan, inflasi Bangka Belitung sebesar 1,02% (yoy) atau meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat 0,84% (yoy).
"Meskipun meningkat, angka inflasi tahunan Bangka Belitung tersebut lebih rendah dibandingkan angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 2,12% (yoy). Di samping itu, inflasi tahunan Bangka Belitung pada periode laporan merupakan tingkat inflasi yang terendah se-Indonesia. Inflasi tahunan pada Agustus 2024 terutama disumbang oleh komoditas beras, sigaret kretek mesin (SKM) dan emas perhiasan," katanya.
Secara spasial, kata Dia, Kota Tanjung Pandan mengalami inflasi paling tinggi yaitu sebesar 1,67% (mtm), diikuti Kabupaten Belitung Timur sebesar 0,70% (mtm). Sementara itu, Kabupaten Bangka Barat dan Kota Pangkalpinang mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,51% (mtm) dan sebesar 0,11% (mtm).
"Kota Tanjung Pandan mengalami inflasi bulanan 1,67%% (mtm) dan secara tahunan terjadi inflasi sebesar 1,75% (yoy). Inflasi bulanan ini terutama bersumber dari komoditas ikan kerisi, ikan bulat, dan daging ayam ras. Kabupaten Belitung Timur mengalami inflasi sebesar 0,70% (mtm) dan secara tahunan terjadi inflasi sebesar 1,27% (yoy). Inflasi bulanan ini terutama bersumber dari komoditas ikan bulat, ikan kerisi, dan ikan ekor kuning," ujarnya.
Sementara itu, Kabupaten Bangka Barat mengalami deflasi bulanan 0,51% (mtm) dan secara tahunan terjadi inflasi sebesar 0,11% (yoy). Deflasi bulanan ini bersumber dari komoditas bayam, ikan kembung, dan sawi hijau. Kota Pangkalpinang juga mengalami deflasi bulanan 0,11% (mtm) dan secara tahunan terjadi inflasi sebesar 1,19% (yoy). Deflasi bulanan ini terutama bersumber dari komoditas bawang merah, beras, dan bayam.
Rommy menyampaikan bahwa pada bulan September 2024 terdapat beberapa risiko inflasi yang perlu diwaspadai, seperti potensi penurunan pasokan seiring dengan mulai masuknya musim kemarau, serta peringatan gelombang tinggi dan angin kencang yang berpotensi mempengaruhi hasil tangkapan ikan.
”Selain itu, terdapat risiko peningkatan permintaan seiring liburan panjang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Maulid Nabi Muhammad SAW," ujar Rommy.
Dalam rangka merespon potensi risiko inflasi ke depan, Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus memperkuat program pengendalian dalam kerangka kebijakan 4K (Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif).
"Untuk menjaga keterjangkauan harga pangan di masyarakat, telah dilaksanakan sebanyak 114 operasi pasar oleh Pemerintah Daerah dan SPHP Bulog. Penambahan frekuensi penerbangan Jakarta-Pangkalpinang sebanyak 9 kali per Agustus 2024 serta pelaksanaan sidak pasar sebagai tindak lanjut rakor mingguan inflasi bersama Kementerian Dalam Negeri," katanya.
Selain itu, untuk menjaga ketersediaan pasokan pangan di masyarakat, Bank Indonesia terus bersinergi dengan Pemerintah Daerah memperkuat program ketahanan pangan melalui capacity building pengolahan dan kemitraan pasar beras kepada klaster pangan di antaranya Poktan Marsudi Tani, Gapoktan Sepakat Jaya, Gapoktan Bukit Lestari, dan Gapoktan Mufakat.
"Bank Indonesia terus memperkuat ketahanan pangan melalui dukungan bantuan teknis demplot 3.000 pohon cabai dan penerima bantuan kepada Poktan Dukong Jaya Mandiri. Melalui sinergitas dengan seluruh pihak tersebut, Bank Indonesia meyakini bahwa inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akan tetap terjaga dan terkendali dalam kisaran target 2,5% ±1%," ujarnya.