Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa pemerintah mulai mengembangkan bahan bakar pesawat yang berkelanjutan (bioavtur) sebagai bagian dari upaya transisi energi menuju sumber daya yang ramah lingkungan.

Dalam rapat kerja dengan Komisi XII DPR RI di Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu, Bahlil mengatakan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah memberikan arahan tegas agar Indonesia segera memulai pengembangan bioavtur untuk mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil.

"Presiden memerintahkan agar kita perlahan-lahan sudah mulai masuk mengembangkan bioavtur karena kalo tidak, negara lain yang akan membangun bioavtur ini. CPO-nya dari kita, minyak jelantahnya dari kita, ucap Bahlil.

Menanggapi arahan presiden, Bahlil mengatakan bahwa pihaknya berencana untuk menerapkan kebijakan mandatori bagi Pertamina dalam produksi bioavtur.

Kebijakan tersebut dinilai penting untuk mendorong percepatan pengembangan bioavtur di dalam negeri.

Kami merencanakan untuk membuat ini sebagai mandatori. Karena kalau tidak, kita harus bersiap lagi untuk mendapatkan impor, pada saat bersamaan, dunia sudah berbicara tentang energi hijau, ujarnya.

Selain pengembangan bioavtur, Bahlil mengatakan bahwa pemerintah saat ini tengah mempercepat transisi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) menuju biodiesel dengan kadar campuran minyak sawit mentah (CPO) yang lebih tinggi.

Salah satu target utama adalah meningkatkan bauran biodiesel dari B35 menjadi B40 pada 2025, dan penerapan B50 pada 2026.

Bahlil menyatakan bahwa dengan mencapai target B50 pada 2026, Indonesia akan semakin mengurangi ketergantungan terhadap impor solar. Bahkan, ia menyampaikan bahwa pada 2050, Indonesia diharapkan dapat berhenti sepenuhnya dari impor solar.

 

Pewarta: Shofi Ayudiana

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024