Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotik bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuh bakteri tersebut. Ada berbagai jenis antibiotik, masing-masing ditujukan untuk mengatasi jenis infeksi yang berbeda. Beberapa contoh antibiotik yang sering digunakan antara lain:
1. Penicillin: Digunakan untuk mengobati infeksi bakteri umum seperti pneumonia, infeksi telinga, dan infeksi saluran kemih.
2. Amoxicillin: Mirip dengan penicillin, digunakan untuk infeksi telinga, tenggorokan, dan saluran pernapasan.
3. Ciprofloxacin: Digunakan untuk infeksi saluran kemih dan infeksi bakteri yang lebih serius.
4. Tetrasiklin: Digunakan untuk mengobati infeksi kulit, jerawat, dan beberapa infeksi pernapasan.
Namun, antibiotik hanya efektif melawan infeksi bakteri, bukan virus. Oleh karena itu, antibiotik tidak boleh digunakan untuk mengobati infeksi virus seperti flu atau flu perut. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan resistensi antibiotik, yaitu ketika bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik, yang membuat infeksi semakin sulit diobati.
Penting untuk selalu mengikuti petunjuk dokter saat mengonsumsi antibiotik, termasuk dosis dan durasi penggunaannya, untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan dan resistensi antibiotik.
Mengonsumsi antibiotik tanpa resep dokter dapat menimbulkan berbagai bahaya, baik bagi kesehatan pribadi maupun masyarakat secara umum. Berikut beberapa risiko utama:
1. Resistensi Antibiotik
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan bakteri menjadi kebal terhadap obat. Akibatnya, infeksi menjadi sulit diobati, bahkan dengan antibiotik yang paling kuat sekalipun.
2. Efek Samping yang Tidak Terkontrol
Antibiotik memiliki berbagai efek samping, seperti mual, diare, reaksi alergi, atau gangguan pencernaan. Tanpa pengawasan dokter, efek samping ini dapat menjadi parah atau berbahaya.
3. Gangguan pada Keseimbangan Bakteri Tubuh
Antibiotik tidak hanya membunuh bakteri penyebab infeksi, tetapi juga bakteri baik dalam tubuh, seperti yang ada di saluran pencernaan. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pencernaan, infeksi jamur, atau penyakit usus.
4. Salah Diagnosa Penyakit
Tanpa pemeriksaan dokter, Anda mungkin salah mengira penyebab penyakit. Tidak semua penyakit disebabkan oleh bakteri, dan antibiotik tidak efektif melawan infeksi virus atau kondisi lain.
5. Overdosis atau Dosis yang Tidak Tepat
Mengonsumsi antibiotik dengan dosis yang salah dapat memperburuk kondisi. Dosis yang terlalu rendah tidak efektif membunuh bakteri, sementara dosis terlalu tinggi dapat merusak organ tubuh, seperti ginjal atau hati.
6. Reaksi Alergi yang Berbahaya
Beberapa orang memiliki alergi terhadap jenis antibiotik tertentu. Tanpa pengawasan dokter, reaksi alergi yang serius, seperti anafilaksis, dapat terjadi dan mengancam nyawa.
Untuk itu, sangat penting menggunakan antibiotik hanya dengan resep dokter agar aman, efektif, dan mengurangi risiko resistensi serta komplikasi kesehatan lainnya.
Agar antibiotik bekerja lebih aman dan efektif, dokter mempertimbangkan berbagai faktor sebelum meresepkannya, seperti kondisi medis pasien, jenis bakteri penyebab infeksi, jenis antibiotik yang akan digunakan, serta dosis dan durasi pengobatan.
Namun, setiap antibiotik memiliki potensi efek samping yang berbeda, dari ringan hingga berat. Meski menggunakan resep dokter, efek samping tetap mungkin terjadi, terutama jika antibiotik dikonsumsi tanpa pengawasan. Antibiotik memang ampuh membasmi bakteri penyebab penyakit, tetapi sifatnya yang keras juga bisa menimbulkan risiko.
Antibiotik dapat memengaruhi fungsi tubuh, termasuk otak, dengan risiko menimbulkan depresi dan kecemasan. Pada anak-anak, penggunaan antibiotik berpotensi meningkatkan berat badan dan memengaruhi kesehatan jangka panjang, seperti risiko diabetes tipe 2. Kelebihan dosis antibiotik juga dapat membunuh bakteri baik di tubuh, menyebabkan ketidakseimbangan mikrobiota usus.
Efek pada saluran pencernaan juga bervariasi; sebagian orang merasa lebih baik setelah mengonsumsi antibiotik, sementara yang lain justru mengalami gangguan pencernaan. Konsumsi antibiotik yang berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit usus.
Jangan menggunakan antibiotik yang sama dengan orang lain meskipun sakit yang diderita terlihat sama, karena bisa saja penyebab sakit tersebut berbeda.
Jangan menggunakan antibiotik karena dulu pernah menggunakannya saat mengalami keluhan sakit yang sama, karena bisa saja penyakit yang sekarang berbeda dan membutuhkan antibiotik golongan lainnya.
*) Wina Aulia adalah Mahasiswa Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024