Muntok (Antara Babel) - Manajemen RSUD Sejiran Setason, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berjanji meningkatkan kualitas pelayanan kepada seluruh pasien dan pendamping guna menaikkan indeks kepuasan pelayanan di rumah sakit milik pemerintah tersebut.
"Berdasarkan data yang kami miliki tingkat kepuasan masih di kisaran 72 persen, berarti masih ada pekerjaan cukup berat untuk mengikis tingkat ketidakpuasan pasien, pendamping maupun keluarga pasien selama berada di rumah sakit daerah," kata Kepala Bidang Pelayanan RSUD Sejiran Setason, Rudi Faizul Badri di Muntok, Senin.
Tingkat ketidakpuasan yang masih mencapai 28 persen tersebut, menurut dia, merupakan angka yang cukup tinggi dan menjadi tanggung jawabnya untuk segera mengurangi jumlah tersebut.
Berbagai pola pembinaan kepada pegawai yang bertugas di barisan depan akan terus dilakukan agar mereka mampu dan sadar pentingnya menerapkan senyum, sapa, dan salam kepada siapa saja yang datang ke RSUD Sejiran Setason.
"Selain itu, peningkatan kemampuan berkomunikasi juga akan terus dilakukan secara berkelanjutan agar petugas mampu berkomunikasi dengan baik dan menerangkan sejelas-jelasnya kepada pasien dan keluarga pasien sehingga tidak terjadi lagi kesalahan komunikasi yang bisa berakibat fatal," kata dia.
Selain dari sisi komunikasi langsung oleh petugas, kata dia, papan panunjuk arah, papan ruangan dan kamar juga perlu diperbaiki untuk memudahkan pasien mendapatkan pelayanan.
"Ada beberapa istilah kesehatan yang tidak dipahami masyarakat, untuk itu kami akan berusaha menyesuaikan, misalnya Ruang Farmasi akan ditambahkan tulisan menjadi Ruang Obat atau Kamar Obat sehingga pasien dan keluarga lebih paham dan mudah mencari ruang atau pelayanan yang diinginkan," kata dia.
Ia mengatakan, penyesuaian bahasa penunjuk tersebut penting dilakukan untuk memudahkan penyampaian informasi yang dibutuhkan masyarakat.
"Yang paling banyak dikeluhkan adalah para petugas kurang ramah, setingkat di bawahnya mengenai ketersediaan obat yang sering kosong sehingga pasien harus membeli di apotik luar," kata dia.
Terkait dengan ketersediaan obat, kata dia, sampai saat ini di tingkat nasionalpun masih mengalami hal yang sama dan pihaknya belum mampu memenuhi tuntutan sesuai keinginan masyarakat.
"Tetap akan kami tingkatkan ketersediaan obat di RSUD Sejiran Setason, namun kami juga masih memiliki kendala minimnya anggaran yang tersedia," katanya.
Ia mengatakan, kebutuhan obat di rumah sakit itu rata-rata mencapai Rp500 juta per bulan, namun anggaran dari pemerintah masih di kisaran Rp5 miliar per tahun.
Untuk itu dia berharap ke depan anggaran belanja obat bisa ditingkatkan, minimal bisa seimbang dengan kebutuhan.
"Akan lebih baik lagi jika lebih dari kebutuhan normal sehingga bisa ada stok obat yang sering digunakan di rumah sakit," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016
"Berdasarkan data yang kami miliki tingkat kepuasan masih di kisaran 72 persen, berarti masih ada pekerjaan cukup berat untuk mengikis tingkat ketidakpuasan pasien, pendamping maupun keluarga pasien selama berada di rumah sakit daerah," kata Kepala Bidang Pelayanan RSUD Sejiran Setason, Rudi Faizul Badri di Muntok, Senin.
Tingkat ketidakpuasan yang masih mencapai 28 persen tersebut, menurut dia, merupakan angka yang cukup tinggi dan menjadi tanggung jawabnya untuk segera mengurangi jumlah tersebut.
Berbagai pola pembinaan kepada pegawai yang bertugas di barisan depan akan terus dilakukan agar mereka mampu dan sadar pentingnya menerapkan senyum, sapa, dan salam kepada siapa saja yang datang ke RSUD Sejiran Setason.
"Selain itu, peningkatan kemampuan berkomunikasi juga akan terus dilakukan secara berkelanjutan agar petugas mampu berkomunikasi dengan baik dan menerangkan sejelas-jelasnya kepada pasien dan keluarga pasien sehingga tidak terjadi lagi kesalahan komunikasi yang bisa berakibat fatal," kata dia.
Selain dari sisi komunikasi langsung oleh petugas, kata dia, papan panunjuk arah, papan ruangan dan kamar juga perlu diperbaiki untuk memudahkan pasien mendapatkan pelayanan.
"Ada beberapa istilah kesehatan yang tidak dipahami masyarakat, untuk itu kami akan berusaha menyesuaikan, misalnya Ruang Farmasi akan ditambahkan tulisan menjadi Ruang Obat atau Kamar Obat sehingga pasien dan keluarga lebih paham dan mudah mencari ruang atau pelayanan yang diinginkan," kata dia.
Ia mengatakan, penyesuaian bahasa penunjuk tersebut penting dilakukan untuk memudahkan penyampaian informasi yang dibutuhkan masyarakat.
"Yang paling banyak dikeluhkan adalah para petugas kurang ramah, setingkat di bawahnya mengenai ketersediaan obat yang sering kosong sehingga pasien harus membeli di apotik luar," kata dia.
Terkait dengan ketersediaan obat, kata dia, sampai saat ini di tingkat nasionalpun masih mengalami hal yang sama dan pihaknya belum mampu memenuhi tuntutan sesuai keinginan masyarakat.
"Tetap akan kami tingkatkan ketersediaan obat di RSUD Sejiran Setason, namun kami juga masih memiliki kendala minimnya anggaran yang tersedia," katanya.
Ia mengatakan, kebutuhan obat di rumah sakit itu rata-rata mencapai Rp500 juta per bulan, namun anggaran dari pemerintah masih di kisaran Rp5 miliar per tahun.
Untuk itu dia berharap ke depan anggaran belanja obat bisa ditingkatkan, minimal bisa seimbang dengan kebutuhan.
"Akan lebih baik lagi jika lebih dari kebutuhan normal sehingga bisa ada stok obat yang sering digunakan di rumah sakit," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016