Miami (Antara Babel) - Kopi dan minuman bersoda yang mengandung kafein
merupakan kombinasi mematikan bagi remaja di Carolina Selatan yang
meninggal dalam waktu dua jam seusai mengkonsumsi minuman itu dan memicu
peringatan tentang risiko overdosis kafein.
Davis Allen Cripe meninggal pada 26 April karena gangguan detak jantung akibat kafein, menurut Richland County Coroner dari negara bagian selatan AS dalam sebuah pernyataan.
Dua jam sebelum roboh, Cripe meminum cafelatte, minuman kemasan berukuran besar dan minuman berenergi.
Gary Watts dari Richfield County Coroner mencatat bahwa kejadian semacam itu "sangat tidak biasa."
"Terutama karena jangka waktu menelan sejumlah kafein dalam periode yang lama sehingga memengaruhi hatinya," Watts mengatakan kepada The Post and Courier kemudian menambahkan Cripe ambruk 15 menit setelah menenggak minuman energi.
Badan Administrasi Makanan dan Obat di AS merekomendasikan agar orang dewasa mengonsumsi tidak lebih dari 400 mg kafein per hari, yang setara dengan empat atau lima cangkir kopi.
"Orang dewasa harus memperhatikan konsumsi kafein mereka, penting bagi orang dewasa untuk mengetahui risiko anak-anak dan remaja yang mengonsumsi kafein," kata Jill Michels dari Palmetto Poison Center dalam sebuah pernyataan.
"Luangkan waktu untuk berbicara dengan anak-anak Anda tentang bahaya minuman berkafein," lanjut dia.
Dalam sebuah konferensi pers pada Senin (15/5), ayah dari anak laki-laki tersebut mengatakan bahwa anaknya sangat berhati-hati dengan narkoba dan alkohol.
Namun, "bukan kecelakaan mobil yang merenggut nyawanya, melainkan minuman energi," kata Sean Cripe.
Kendati minuman energi cuma menyumbang segmen kecil dalam industri minuman non-alkohol, namun mereka sangat populer di kalangan muda.
Pakar kesehatan menyatakan keprihatinannya tentang kandungan kafein yang tinggi pada minuman yang dapat menyebabkan gangguan detak jantung dan meningkatkan tekanan darah pada pemuda.
Minuman energi mengandung hingga 240 mg kafein, menurut sebuah laporan Consumer Reports tahun 2012, demikian AFP.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017
Davis Allen Cripe meninggal pada 26 April karena gangguan detak jantung akibat kafein, menurut Richland County Coroner dari negara bagian selatan AS dalam sebuah pernyataan.
Dua jam sebelum roboh, Cripe meminum cafelatte, minuman kemasan berukuran besar dan minuman berenergi.
Gary Watts dari Richfield County Coroner mencatat bahwa kejadian semacam itu "sangat tidak biasa."
"Terutama karena jangka waktu menelan sejumlah kafein dalam periode yang lama sehingga memengaruhi hatinya," Watts mengatakan kepada The Post and Courier kemudian menambahkan Cripe ambruk 15 menit setelah menenggak minuman energi.
Badan Administrasi Makanan dan Obat di AS merekomendasikan agar orang dewasa mengonsumsi tidak lebih dari 400 mg kafein per hari, yang setara dengan empat atau lima cangkir kopi.
"Orang dewasa harus memperhatikan konsumsi kafein mereka, penting bagi orang dewasa untuk mengetahui risiko anak-anak dan remaja yang mengonsumsi kafein," kata Jill Michels dari Palmetto Poison Center dalam sebuah pernyataan.
"Luangkan waktu untuk berbicara dengan anak-anak Anda tentang bahaya minuman berkafein," lanjut dia.
Dalam sebuah konferensi pers pada Senin (15/5), ayah dari anak laki-laki tersebut mengatakan bahwa anaknya sangat berhati-hati dengan narkoba dan alkohol.
Namun, "bukan kecelakaan mobil yang merenggut nyawanya, melainkan minuman energi," kata Sean Cripe.
Kendati minuman energi cuma menyumbang segmen kecil dalam industri minuman non-alkohol, namun mereka sangat populer di kalangan muda.
Pakar kesehatan menyatakan keprihatinannya tentang kandungan kafein yang tinggi pada minuman yang dapat menyebabkan gangguan detak jantung dan meningkatkan tekanan darah pada pemuda.
Minuman energi mengandung hingga 240 mg kafein, menurut sebuah laporan Consumer Reports tahun 2012, demikian AFP.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017