Kupang (Antaranews Babel) - Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur terindikasi memasuki masa darurat narkoba, karena kota kecil seluas sekitar 1.731,9 kilometer persegi itu sudah menjadi target pemasaran barang haram tersebut, demikian disampaikan pejabat kepolisian setempat.
"Di awal tahun ini, sudah beberapa kasus narkoba yang kita tangani, sehingga indikasi Maumere sebagai kawasan darurat narkoba sudah tak bisa terelakkan lagi," kata Kepala Bagian Pengawasan dan Penyidikan Ditresnarkoba Polda NTT AKBP Albert Neno kepada wartawan di Kupang, Selasa.
Pada awal tahun 2018, Direktorat Narkoba Polda NTT sudah beberapa kali mengamankan tersangka pelaku narkoba yang kedapatan menerima paket barang haram itu dari Jawa dan Sulawesi Selatan.
"Kami juga baru menangkap sepasang kekasih asal Makassar, Sulawesi Selatan yang membawa narkoba jenis sabu saat polisi melakukan operasi di Pelabuhan Laurens Say Maumere," katanya.
Sedikitnya tiga kasus peredaran narkoba jenis sabu di Maumere telah diungkap oleh Ditresnarkoba Polda NTT pada awal tahun 2018.
Paket barang haram itu masuk ke Kota Maumere melalui jalur transportasi laut dari Makassar, Sulawesi Selatan serta dari Surabaya, Jawa Timur melalui jasa pengiriman.
Pada 25 Januari 2018, Ditresnarkoba Polda NTT menangkap LR (41) dan AR (40), tersangka pemakai narkoba jenis sabu di salah satu tempat karaoke di Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka di Pulau Flores.
Kemudian pada 31 Januari 2018 polisi menangkap seorang wanita berinisial D (26) dan DN (31) ditangkap di tempat hiburan malam dalam kasus yang sama.
Sementara kasus yang terakhir adalah ditangkapnya sepasang kekasih dari Makassar yang diduga hendak mengedarkan sabu di Maumere, saat KM Lambelu merapat di Pelabuhan Laurens Say Maumere.
"Sebenarnya pengungkapan kasus narkoba di Maumere ini bukan hanya dalam tahun 2018 saja, tetapi juga pada 2017 dalam jumlah yang lumayan," ujarnya.
Mencermati berbagai kasus yang terjadi saat ini, kata dia, sasaran peredaran narkoba tampaknya menyasar pada kota-kota kecil yang sedang tumbuh, seperti di Maumere, sehingga perlu terus diawasi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018
"Di awal tahun ini, sudah beberapa kasus narkoba yang kita tangani, sehingga indikasi Maumere sebagai kawasan darurat narkoba sudah tak bisa terelakkan lagi," kata Kepala Bagian Pengawasan dan Penyidikan Ditresnarkoba Polda NTT AKBP Albert Neno kepada wartawan di Kupang, Selasa.
Pada awal tahun 2018, Direktorat Narkoba Polda NTT sudah beberapa kali mengamankan tersangka pelaku narkoba yang kedapatan menerima paket barang haram itu dari Jawa dan Sulawesi Selatan.
"Kami juga baru menangkap sepasang kekasih asal Makassar, Sulawesi Selatan yang membawa narkoba jenis sabu saat polisi melakukan operasi di Pelabuhan Laurens Say Maumere," katanya.
Sedikitnya tiga kasus peredaran narkoba jenis sabu di Maumere telah diungkap oleh Ditresnarkoba Polda NTT pada awal tahun 2018.
Paket barang haram itu masuk ke Kota Maumere melalui jalur transportasi laut dari Makassar, Sulawesi Selatan serta dari Surabaya, Jawa Timur melalui jasa pengiriman.
Pada 25 Januari 2018, Ditresnarkoba Polda NTT menangkap LR (41) dan AR (40), tersangka pemakai narkoba jenis sabu di salah satu tempat karaoke di Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka di Pulau Flores.
Kemudian pada 31 Januari 2018 polisi menangkap seorang wanita berinisial D (26) dan DN (31) ditangkap di tempat hiburan malam dalam kasus yang sama.
Sementara kasus yang terakhir adalah ditangkapnya sepasang kekasih dari Makassar yang diduga hendak mengedarkan sabu di Maumere, saat KM Lambelu merapat di Pelabuhan Laurens Say Maumere.
"Sebenarnya pengungkapan kasus narkoba di Maumere ini bukan hanya dalam tahun 2018 saja, tetapi juga pada 2017 dalam jumlah yang lumayan," ujarnya.
Mencermati berbagai kasus yang terjadi saat ini, kata dia, sasaran peredaran narkoba tampaknya menyasar pada kota-kota kecil yang sedang tumbuh, seperti di Maumere, sehingga perlu terus diawasi.
Editor : Riza Mulyadi
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018