Pangkalpinang (Antara Babel) - Calon anggota DPD RI dari Provinsi Bangka Belitung, Zubaidah mengaku prihatin dengan kerusakan lingkungan di daerahnya sebagai dampak penambangan bijih timah yang tidak terkendali.


"Saat ini lingkungan di darat, sungai dan laut mengalami kerusakan cukup parah yang dapat mengancam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya," katanya di Pangkalpinang, Rabu.


Menurut dia, kerusakan lingkungan di daerahnya karena kurangnya kepedulian pelaku usaha menimalisasi dengan mereklamasi lahan bekas tambangnya.


"Saat ini penambangan timah ini tidak mengenal wilayah lagi, misalnya sudah merambah ke kawasan hutan lindung, perairan tangkap ikan nelayan, bahkan sudah ada di pemukiman warga," ujarnya.


Ia mengatakan, dampak dari kerusakan lingkungan sangat banyak, misalnya warga kesulitan mendapatkan air bersih selama musim kemarau, serta pencemaran udara yang akan menimbulkan berbagai penyakit.


Selain itu, selama musim hujan lalu banyak kawasan pemukiman penduduk yang terendam banjir atau genangan air karena hutan tidak lagi mampu menyerap atau membendung air hujan.


"Memang bencana banjir di Bangka Belitung tidak separah di Jakarta, Manado dan daerah lainnya, namun apabila kerusakan lingkungan terus terjadi kemungkinan bencana alam besar akan terjadi di daerah kepulauan ini," ujarnya.


Menurut dia, bencana dari bekas tambang timah yang harus diwaspadai yaitu radiasi dari mineral ikutan timah.


"Saat ini memang belum terasa, namun ke depannya radiasi tambang ini akan berdampak buruk terhadap perkembangan dan pertumbuhan warga, seperti terjadinya kecacatan fisik atau mental bayi terutama selama dalam kandungan ibunya," ujarnya.  


Untuk itu, jika terpilih menjadi wakil rakyat dia berjanji akan memperjuangkan upaya meminimalisasi kerusakan lingkungan dengan menegakkan hukum dan perudang-undangan pertambangan.


"Kerusakan lingkungan ini merupakan salah satu dampak lemahnya penegakan hukum bagi perusahaan tambang yang melanggar aturan yang berlaku," kata calon anggota DPD bernomor urut 18 itu.

Pewarta: Pewarta: Aprionis

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014