Pangkalpinang (ANTARA) - Diskominfo Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengintensifkan informasi penanganan hoaks melalui media sosial di sekolah, guna mencegah "bullying" atau tindak kekerasan antarpelajar di daerah itu.
"Kasus kekerasan yang dialami siswi SMP, Audrey (14) di Pontianak ini terjadi, karena kemampuan pelaku "bullying" menerima informasi melalui media sosial sangat rendah," kata Kepala Diskominfo Provinsi Kepulauan Babel Sudarman di Pangkalpinang, Kamis.
Ia mengatakan untuk mencegah bullying di kalangan pelajar ini, pihaknya mengintensifkan sosialisasi dan pelatihan pengenalan berita-berita hoaks melalui media elektronik dan cetak ke sekolah tingkat SMA, SLTA, MA dan SMP/MTs di daerah ini.
Selain itu, Diskominfo juga mengoptimalkan pertemuan-pertemuan dengan kaum milenial dan sosialisasi serta imbauan melalui media massa, agar masyarakat khususnya siswa-siswi untuk lebih mengenali dan tidak menyebarkan berita-berita bohong yang akan merugikan diri sendiri.
"Saat ini tinggal atau tergantung masyarakat yang berhati-hati memainkan jari-jari untuk lebih mengontrol. Jangan sampai jari tidak terkontrol melebihi kecepatan akal atau berfikir sebelum menerima atau menyebarluaskan berita yang tidak jelas kebenarannya," ujarnya.
Menurut dia pemicu kasus kekerasan yang terjadi di Pontianak yang viral di media sosial tersebut diantaranya informasi hoaks yang menyesatkan, pada akhirnya merugikan dan dapat mengganggu masa depan korban dan pelaku kekerasan tersebut.
"Masyarakat harus cross cek kebenaran berita dan sumber berita tersebut, jika tidak begitu tentunya akan berakhir fatal, berurusan dengan kepolisian yang merugikan diri sendiri," katanya.
Ia berharap dengan dioptimalkan kegiatan pelatihan, sosialisasi dan imbauan kepada masyarakat khususnya pelajar dapat mencegah kasus-kasus kekerasan yang berujung pidana.
"Kami berharap orang tua ikut mengawasi anak-anaknya, jangan sampai anak-anak mengakses informasi-informasi tidak baik yang berdampak buruk terhadap masa depannya," katanya.