Tanjungpandan, Belitung (ANTARA) - Salah satu pedagang di Pulau Seliu Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Elia memilih menggunakan kompor listrik untuk dagangannya dikarenakan lebih praktis dan hemat.
"Sudah sejak lima tahun lalu saya berjualan kopi, bakso dan mi rebus. Alhamdulillah semenjak listrik sudah 24 jam di pulau ini saya sudah beralih ke kompor listrik untuk dagangan saya," katanya di Pulau Seliu Kabupaten Belitung, Kamis.
Ia mengaku lebih hemat setelah memasak dengan menggunakan kompor listrik, karena selain minyak tanah dan tabung gas langka, namun juga mahal di daerah itu.
"Dulu saya pertama kali pakai minyak tanah, kemudian ganti pakai gas, sekarang setelah listrik di sini nyala 24 jam saya beralih pakai kompor listrik," katanya.
Menurutnya tabung elpiji harganya tidak menentu, Jika ombak sedang tinggi harga tabung gas mahal. Belum lagi Ia merasa repot karena harus dibawa ke kota jika sudah habis.
Ia menjelaskan, sejak menggunakan kompor listrik biaya yang dikeluarkannya jauh lebih murah dibandingkan sebelumnya.
"Sejak pakai kompor listrik biaya yang saya keluarkan menjadi lebih murah, sebulan rata-rata seratus ribu-an, gak beda jauh seperti isi token biasa, selain itu juga lebih praktis, cepat dan bersih," ujarnya.
Bupati Belitung, Sahani Saleh mengungkapkan manfaat yang didapat dengan menggunakan kompor induksi.
"Saat memasak pakai kompor induksi, masyarakat tak perlu takut meledak, mudah dioperasikan, lebih bersih dan ramah lingkungan yang sejalan dengan program pemerintah untuk menciptakan energi bersih" ujarnya.
General Manager PLN Unit Induk Wilayah Bangka Belitung, Abdul Mukhlis menjelaskan bahwa penggunaan kompor listrik di daerah kepulauan menjadi solusi yang tepat.
"Ini solusi yang kita tawarkan. Warga mengadu kepada kami, kemudian kami tambah kapasitas dan infrastruktur listriknya agar bisa digunakan selama 24 jam, sehingga warga lebih leluasa menggunakan listrik untuk berbagai keperluan, termasuk untuk memasak menggunakan kompor listrik," katanya.
Saat ini sebanyak 304 warga di Pulau tersebut seluruhnya menggunakan kompor listrik sebagai solusi atas kelangkaan dan mahalnya tabung gas elpiji di daerah itu.