Mentok, Bangka Barat (ANTARA) - Lembaga Swadaya Masyarakat Laskar Hijau Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menggelar pelatihan kepada para siswa agar mampu melakukan pengelolaan sampah di lingkungan sekolah.
"Kegiatan yang melibatkan sebanyak 41 siswa sekolah menengah tingkat atas tersebut kami harapkan bisa meningkatkan keterampilan dan pemahaman cinta lingkungan," kata Sekretaris LSM Laskar Hijau, Arie Kurniadi di Mentok, Senin.
Ia menjelaskan kegiatan tersebut merupakan bagian dari program bidang riset dan edukasi lingkungan bersama bidang pengembangan masyarakat di LSM Laskar Hijau dengan dukungan penuh dari PT Timah (Persero) Tbk dalam upaya pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.
Menurut dia, kegiatan peningkatan kapasitas generasi cinta lingkungan yang dilaksanakan selama dua hari di SMA Negeri Tempilang tersebut merupakan kegiatan kedua setelah sebelumnya digelar di SMA Negeri Pemali, Kabupaten Bangka.
"Kami akan terus menggelar kegiatan sejenis agar para generasi muda di daerah ini selain pintar atau cerdas juga memiliki dedikasi, kreatif dan cinta lingkungan lestari," katanya.
Dalam pelatihan di lingkungan sekolah tersebut, pihaknya menekankan pentingnya pengelolaan dan penguatan bank sampah sekolah dan cara pembuatan pupuk kompos dengan memanfaatkan sampah yang ada di lingkungan sekolah.
Para narasumber memberikan materi pelatihan sesuai kompetensi masing-masing, antara lain memperkuat peran guru dan siswa dalam melaksanakan program bank sampah sekolah, pengomposan dan strategi untuk mewujudkan sekolah Adiwiyata.
"Kami juga memberikan materi manajemen dan tata kelola bank sampah sekolah agar para siswa memahami konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) ," katanya.
Selanjutnya dengan bimbingan guru, manajemen harus transparansi dan menghasilkan keuntungan, sehingga dapat membantu keuangan organisasi yang mengelola, misalnya OSIS atau komunitas pelajar.
Selain itu, materi pengelolaan sampah organik juga diberikan agar para siswa SMAN 1 Tempilang mampu parktik komposting bersama para guru dan pegawai di sekolah itu.
Proses pengomposan dilakukan dengan memanfaatkan bahan-bahan organik yang tersedia di lingkungan sekolah.
Pelatihan tersebut merupakan salah satu upaya mewujudkan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat dengan sasaran siswa dan guru sekaligus mewujudkan sinergisitas antarkomponen untuk melestarikan lingkungan sekitar.
"Kami bersama kepala sekolah juga sudah berkomitmen melakukan pendampingan dan pembinaan berkala agar sekolah itu mampu memenuhi target sebagai sekolah adiwiyata dan berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan lestari yang berkelanjutan," katanya.
Kegiatan seperti itu akan terus digalakkan dengan sasaran dan lokasi yang berbeda dengan kelompok sasaran yang dapat diberdayakan agar semakin mudah mewujudkan lingkungan yang nyaman dan asri berbasis partisipatif, edukatif, kreatif dan bernilai ekonomi, demikian Arie Kurniadi.