Pangkalpinang (ANTARA) - Tim peneliti atau dosen Universitas Sahid Jakarta memaparkan hasil riset wisata kuliner di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, melalui Focus Group Discussion (FGD) yang dihadiri para pelaku usaha wisata kuliner, pemerintah daerah dan pelaku biro perjalanan wisata di daerah.
"Dari hasil riset yang kami lakukan selama satu tahun ini kita harap pelaku usaha wisata kuliner dapat meningkatkan kualitas usahanya," kata salah satu Tim Peneliti Wisata Kuliner Universitas Sahid Jakarta, Levyda di Pangkalpinang, Rabu.
Ia mengatakan, tim peneliti wisata kuliner dari Universitas Sahid Jakarta terdiri dari tiga orang dosen, yakni Prof.Dr.Ir.Giyatmi Msi, selaku Ketua Tim LPPM, Dr.Levyda SE,MM dan Kania Ratnasari, ST, MIB selaku anggota tim LPPM Universitas Sahid Jakarta.
Selama menjalankan penelitian wisata kuliner di Babel, pihaknya sangat optimis saat bertemu para pelaku UKM, dimana dari mereka wisata kuliner daerah hidup sehingga ekonomi masyarakat juga terus tumbuh.
Wisata kuliner Babel berpotensi dari hasil pertanian, perikanan dan perkebunan sehingga nilai jualnya lebih tinggi jika dijadikan oleh-oleh. Setiap daerah di Babel memiliki ciri khas masing-masing untuk hasil kulinernya.
"Dari riset kita mengidentifikasi seberapa kesiapan pelaku usaha mengembangkan produknya dan melihat kelemahan yang masih ada di produk kuliner, khususnya oleh-oleh yang packingnya masih lemah dan labeling yang belum sempurna, tidak ada tanggal expaied bahkan brand yang belum tercantum. Ini sangat penting karena labeling adalah komunikasi antar produsen dengan konsumen," ujarnya.
Dari hasil riset kita juga melihat brand kuliner Babel yang terkenal adalah lempah kuning atau gangan, lempah darat, rusip, keretek dan otak-otak. Dan kuliner otentik Babel berdasarkan pendekatan geografis dan sosial adalah empek-empek, kemplang, otak-otak, lempah kuning dan kritcu.
Dari riset tersebut juga pihaknya melihat ada delapan kriteria yang akan menjadikan Pangkalpinang sebagai kota wisata kuliner, seperti Bandung, Jogja, Semarang, Solo dan Bali.
Salah satu kriterianya yakni penggunaan bahan baku lokal dalam proses memasak tradisional, disertai berkembangnya komunitas kuliner dan restoran-restoran dan adanya itinerary paket wisata Babel.
"Hasil lain yang kita dapat dari riset yakni kita membuat website www.gipi-babel.com untuk memperbaiki kualitas produk kuliner. Website ini kita serahkan ke GIPI dan Dinas Pariwisata Babeh untuk mendapat masukan rencana pengembangan kuliner dan usulan-usulan lainnya," ujarnya.