Pangkalpinang (ANTARA) - Dinas Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung membuat terobosan baru melalui Program Tagana Masuk Sekolah di 10 sekolah yang tersebar di tujuh kabupaten dan kota.
"Melalui kegiatan ini tagana berusaha mengubah paradigma lama bahwa yang bertanggung jawab dalam penanganan bencana hanya Pemerintah, akan tetapi sebaliknya, ini merupakan tanggung jawab setiap lapisan masyarakat," kata Kasie Perlindungan Korban Bencana Alam Dinas Sosial, Fitea Mayarini, di Pangkalpinang, Rabu.
Ia mengatakan, kegiatan tersebut merupakan tindak lanjut dari surat edaran bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Sosial Tahun 2019 tentang mitigasi kebencanaan di satuan pendidikan melalui program tagana masuk sekolah.
Sekolah sebagai satuan pendidikan menjadi salah satu ujung tombak dalam kegiatan mitigasi dan kesiapsiagaan. Sekolah juga wadah untuk mengembangkan dan membentuk karakter pada anak-anak baik itu di tingkat SD, SMP maupun SMA, sehingga apabila siswa diberikan porsi yang terkait dengan pendidikan kebencanaan maka dengan sendirinya akan tercipta karakter dan sikap kesiapsiagaan yang lebih baik dalam menghadapi bencana dikemudian hari.
"Dalam melakukan transformasi edukasi,
Tagana Dinas Sosial melakukan uji simulasi pengurangan resiko bencana puting beliung, baik itu pra bencana sampai dengan pasca bencana," ujarnya.
Selain simulasi, di SMKN 2 Pangkalpinang juga dibentuk TRC siswa yang terdiri dari 4 (empat) tim. Yaitu tim PPGD (Pertolongan Pertama Gawat Darurat), Tim Evakuasi, Tim Posko, dan Tim LDP (Layanan Dukungan Sosial).
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Materi yang disampaikan oleh Tagana Provinsi Bangka Belitung meliputi tugas fungsi tagana, pengenalan bencana, mitigasi dan pengurangan resiko bencana, PPGD (Penanggulangan Pertama Gawat Darurat), simulasi bencana puting beliung serentak dilakukan di dua sekolah.
Dikesempatan yang sama, Iwan Arman Putra Wakil Kesiswaan SMKN 2 Pangkalpinang menyambut baik kegiatan ini dan berharap siswa yang mengikuti kegiatan ini dapat merekam informasi kebencanaan serta dapat menyampaikan kepada masyarakat dimana siswa itu berdomisili.
Peserta masing-masing sekolah 100 siswa serta guru baik dari SMKN 2 maupun SMA 1 yang terdiri dari siswa yang aktif kegiatan PMR dan Pramuka.