Pangkalpinang (ANTARA) - Sejarawan terkemuka Indonesia, Prof. Dr. Bambang Purwanto, M.A menyarankan PT Timah Tbk membangun mitos dan sejarah keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Mantung di Kabupaten Bangka Utara yang merupakan PLTU terbesar di Asia Tenggara.
"PLTU Mantung sangat unik sekali, karena pada abad ke-18 PLTU ini memegang rekor sebagai salah satu pembangkit listrik terbesar di Hindia Belanda, Asia Tenggara dan bahkan dunia," kata Prof. Dr. Bambang Purwanto, M.A di Pangkalpinang, Rabu.
Guru Besar Sejarah Universitas Gadjah Mada Yogyakarta mengatakan PT Timah Tbk akan membangun Museum Timah Indonesia The Legend di Belinyu Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sangat baik sekali, namun alangkah baik museum sejarah pertimahan itu dibangun di Kawasan PLTU Mantung.
"Yang paling penting adalah bagaimana kita membangun mitos dari realita sejarah. Tanpa mitos tersebut akan susah untuk mendatangkan pengunjung di museum tersebut," ujarnya.
Menurut dia salah satu mitos yang harus dibangun adalah keberadaan PLTU Mantung, karena memiliki nilai sejarah tinggi, arsitektural unik dan berada di pantai yang cukup indah, sehingga pengunjung tidak hanya berkunjung ke museum tetapi juga berwisata di Pantai Mantung tersebut.
"Kita harus mengubah, jangan sampai museum ini hanya untuk orang menengah ke atas, tetapi harus untuk semua kelompok," katanya.
Bambang Purwanto merupakan sedikit dari sejarawan terkemuka Indonesia yang berkiprah baik ditingkat nasional maupun internasional yang menilai pembangunan Museum melegenda di Kawasan PLTU Mantung memungkinkan semua orang dari kelompok sosial untuk hadir mengunjungi museum tersebut.
"Ini merupakan suatu hal yang harus dipikirkan oleh tim PT Timah Tbk dan pemerintah daerah, bagaimana semua kelompok sosial mulai dari anak kecil sampai orang tua untuk berkunjung ke museum melegenda ini," katanya.
Salah seorang warga Belinyu, Abdul Rani berharap PT Timah Tbk membangun Museum Timah Indonesia The Legend di Kawasan PLTU Mantung.
"Kalau kita lihat museum yang telah dibangun PT Timah berada di tengah kota. Misalnya, Museum Timah Indonesia Kota Pangkalpinang dan Muntok yang berada di pusat kota," katanya.
Ia mengusulkan PT Timah membangun museum yang melegenda di Belinyu di Kawasan PLTU Mantung yang berada di pinggir pantai, sehingga perusahaan bisa mengubah mitos yang selama ini dikunjungi masyarakat menengah ke atas, tetapi juga dikunjungi masyarakat menengah ke bawah.
"Kita harus bisa mengubah mitos, bahwa museum ini juga bisa dikunjungi oleh emak-emak, sehingga museum ini betul-betul museum legendaris yang dikunjungi semua kalangan," kata Abdul Rani yang juga merupakan guru sejarah SMAN 01 Belinyu.*