Sungailiat (Antara Babel) - Jamur atau kulat pelawan asal pulau Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai harga Rp1 juta per kilogram.
Menurut salah satu warga di daerah itu, Bujang Salam (56) di Sungailiat, Sabtu mengatakan, jamur pelawan adalah jamur khas bangka, jamur ini biasanya dipanggil oleh orang bangka dengan sebutan kulat pelawan. Kulat pelawan hanya tumbuh di pinggiran pohon pelawan, dan hanya tumbuh bila mau memasuki musim hujan dengan syarat banyaknya guntur dan petir.
"Kulat pelawan biasanya dipanen pada akhir bulan Maret dan di pertengahan bulan September, untuk tumbuh kecil menjadi besar kulat pelawan hanya membutukan waktu empat hari, dan hanya bertahan selama tuga hari, lewat dari 3 hari kulat pelawan sudah membusuk, perlakuan yang istimewa inilah salah satunya menyebabkan harga mencapai Rp750 ribu sampai Rp1 juta per kilogram," katanya.
Dia meminta kepada pemerintah daerah setempat untuk melakukan budidaya terhadap jamur yang memiliki kualitas baiknya sehingga dapat terjaga kelestariannya serta harga tetap bertahan tinggi.
"Pemerintah yang memiliki akses sarana teknologi hendaknya mengembangkan jamur ini supaya tetap lestari sehingga mampu membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat," kata Bujang Salam.
Ia mengatakan, sampai dengan sekarang belum ada teknologi yang mampu membantu petani untuk mengembangkan jamur pelawan, dan kalaupun jamur ini berkembang biak masih bersifat alami.
"Jamur pelawan tergolong langka untuk di nusantara Indonesia yang hanya hidup di hutan ¿ hutan belantara pelawan di bangka serta budidaya yang rumit," katanya.
Menurutnya, jamur pelawan diambil dari pohon kayu yang bernama pelawan, kayu jenis ini memiliki harga yang cukup mahal, selain kayu ini dapat tumbuh jamur juga memiliki madu yang disebut juga madu pelawan dengan harga Rp200 sampai Rp400 ribu per botol ukuran sirup ABC.