Pontianak (Antara Babel) - Survei keberadaan hiu paus (Rhincodon typus) yang dilakukan Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak, Dinas Kelautan dan Perikanan Berau, Universitas Mulawarman dan WWF - Indonesia di Talisayan, Kalimantan Timur, menghasilkan temuan yang perlu ditindaklanjuti.
Marine Species Officer WWF-Indonesia, Casandra Tania saat dihubungi dari Pontianak, Senin mengatakan, selama ini belum pernah dilakukan survei atau identifikasi terhadap keberadaan hiu paus di kawasan tersebut.
"Hasil survei yang dilakukan selama empat hari tanggal 16-19 September 2014, ditemukan 10 ekor hiu paus," ujar dia.
Komposisinya, 9 ekor jantan dan satu ekor betina yang berukuran dari dua meter sampai 7 meter.
Menurut Casandra Tania, ukuran hiu paus yang dijumpai tergolong masih remaja atau belum dewasa.
"Tren kemunculan hiu paus dengan mayoritas individu jantan yang belum dewasa juga dijumpai di kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Papua Barat; Papua dan Ningaloo Reef, Australia."
"Komunitas peneliti internasional pun masih belum mengetahui pasti dimana keberadaan individu hiu paus yang betina, anakan/bayi, dan dewasa," kata dia.
Ia menambahkan, hiu paus mulai dikenal di Kalimantan sejak muncul di pemberitaan media pada akhir 2013 lalu. Namun, data mengenai kemunculan hiu paus di Talisayan masih belum tersedia, termasuk data resmi dari Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan (KKJI).
"Tahun depan, rencananya akan dilakukan penelitian lanjutan," ujar Casancra Tania.
Sementara Kepala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak, Ditjen Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KP3K), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Yulita Wismaneli mengatakan, masih banyak informasi yang harus digali dari ikan yang telah dilindungi penuh berdasarkan KEPMEN KP No. 18 Tahun 2013 tentang Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan Hiu Paus, karena masih minimnya data dan informasi.
"BPSPL Pontianak memfasilitasi penelitian ilmiah perdana dengan melakukan Survei Identifikasi Hiu Paus di Talisayan," kata dia.
Sedangkan Kepala DKP Berau, Fuadi, melalui Kepala Seksi Konservasi dan Pengembangan Pesisir dan Pulau Kecil, Yunda Zuliarsih, mengatakan, hiu paus di sekitar bagan di Perairan Talisayan memberikan peluang untuk pengembangan kegiatan wisata. Namun, sebelum kegiatan pemanfaatan (wisata) dimulai, survei untuk pengumpulan informasi awal perlu dilakukan agar kegiatan wisata tidak berkembang liar.
Hiu paus atau yang oleh masyarakat Talisayan dikenal dengan hiu tutul atau Labetti (ikan yang berbintik) akan menjadi daya tarik dan ikon wisata bahari untuk Kecamatan Talisayan.
Survei yang telah dilakukan merupakan tahap awal dari studi Hiu paus di Talisayan.
"BPSPL Pontianak berencana untuk melakukan survei lanjutan tahun depan guna memperdalam informasi yang sudah ada dengan melibatkan banyak pihak seperti dari otoritas ilmiah (LIPI), Perguruan Tinggi dan LSM dalam pelaksanaannya," kata penanggung jawab kegiatan survei dan Kepala Satker Balikpapan, BPSPL Pontianak, Ishak Yusma.
Hiu paus merupakan ikan terbesar di dunia. Spesies ini diduga dapat tumbuh hingga 18 -20 m, namun jarang ditemukan spesimen yang berukuran diatas 12 m dengan bobot 20 ton. Walaupun ukurannya besar, hiu paus cenderung jinak dan tidak berbahaya untuk manusia.
Hiu ini memiliki kulit setebal 2 mm yang berwarna abu-abu dan dihiasi totol-totol putih. Menurut para ilmuwan, pola totol-totol itu dianggap unik untuk masing-masing individu dan dapat digunakan sebagai dasar identifikasi individu hiu paus.
Perairan tropis dan subtropis yang hangat (18-30 C) kecuali di Laut Mediterrania dapat ditemui keberadaan hiu paus. Ikan ini merupakan hewan yang bermigrasi.
Diduga bahwa individu-individu hiu paus yang ditemui di Ningaloo Reef, Australia bermigrasi ke Filipina melalui Indonesia.
Di Indonesia, hiu paus ditemui di perairan Sabang, Kalimantan Barat, Berau, Situbondo, Probolinggo, Bali, Nusa Tenggara, Alor, Flores, Sulawesi Utara, Maluku dan Papua. Di daerah Probolinggo, Jawa Timur kehadirannya bersifat musiman yaitu Januari-Maret, sementara di Kwatisore, Teluk Cenderawasih, Papua Barat, hiu paus hadir sepanjang tahun. Tren di lokasi lain khususnya di Talisayan masih diperlukan penelitian lebih lanjut.
Berita Terkait
Polda Babel tanam 10.500 bibit di lahan 23,5 hektare wujudkan ketahanan bumi
15 November 2024 10:46
HAKLI: Hari Kesehatan Nasional momentum disiplin hidup sehat
12 November 2024 16:47
HAKLI Bangka perketat pengawasan lingkungan cegah penyebaran DBD.
7 November 2024 21:21
Bunda PAUD: Rumdin Gubernur Babel jadi sarana edukasi cinta lingkungan
6 November 2024 18:35
TP PKK Bangka Barat bantu pemerintah tingkatkan kesehatan masyarakat
29 Oktober 2024 19:55
Kemenkes edukasi pentingnya jaga kesehatan di lingkungan kerja
26 Oktober 2024 06:05
Langkah PT Timah hijaukan lingkungan hidup lingkar tambang
24 Oktober 2024 20:18
Polres Bangka perkuat sistem keamanan lingkungan
24 Oktober 2024 16:54