Mentok, Bangka Barat (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mendukung tradisi warga keturunan Arab di daerah itu yang secara rutin menggelar kegiatan keagamaan, Ziarah Kute Seribu, sebagai salah satu potensi wisata unggulan.
"Peserta kegiatan ziarah ke makam sesepuh di Permakaman Kute Seribu di Mentok setiap tahun terus bertambah, ini sangat potensial untuk terus dikembangkan menjadi salah satu daya tarik semakin banyak orang datang ke daerah ini," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangka Barat Bambang Haryo Suseno di Mentok, Selasa.
Dia mengatakan kegiatan selama dua hari tersebut patut mendapatkan apresiasi dari seluruh pihak karena nilai keagamaan yang terkandung dalam kegiatan tersebut sebagai positif untuk masyarakat.
Kegiatan keagamaan islami yang dikhususkan bagi kaum laki-laki itu merupakan salah satu tradisi yang awalnya dilakukan keluarga keturunan Arab untuk berziarah ke makam-makam para sesepuhnya di Pemakaman Kute Seribu Mentok.
Namun, pada perkembangannya, jamaah yang mengikuti ziarah semakin bertambah, tidak hanya berasal dari keluarga keturunan Arab, namun banyak warga lokal yang ikut berperan serta dalam kegiatan itu.
"Pada perkembangannya, kegiatan ini tidak sekadar kegiatan keagamaan, namun juga seiring dengan ranah sejarah, budaya dan tradisi serta potensi wisata yang patut mendapatkan dukungan penuh pemerintah," katanya.
Sejak 2010, kegiatan yang awalnya disebut Haul Kute Seribu diubah menjadi Ziarah dan Doa Makam Kute Seribu, ziarah tidak hanya dimaksudkan kepada sesepuh keturunan Arab, namun meluas ke makam-makam pendiri Kota Mentok dan para aulia penyiar Islam pada awal pengaruh Kesultanan Palembang Darussalam di Pulau Bangka pada abad ke-17.
Untuk tahun ini, kegiatan rutin tahunan digelar pada hari keempat setelah Idul Adha dengan rangkaian kegiatan yang dimulai dari Surau Tanjung dan Masjid Jamik Mentok tersebut diikuti sekitar 800 peziarah.
Dengan merebaknya pandemi COVID-19 saat ini, ziarah dan doa arwah digelar agak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena harus mengikuti protokol kesehatan yang berlaku.
Jika pada tahun-tahun sebelumnya, banyak peziarah dari luar Mentok ikut menghadiri kegiatan ini, seperti dari Jakarta, Bogor, Bekasi, Palembang, Pangkalpinang, Koba, dan Toboali, tahun ini peziarah yang datang hanya dari seputar Pulau Bangka, seperti Jebus, Belinyu, Pangkalpinang, Koba, dan Toboali.
Panitia kegiatan ziarah sengaja pada tahun ini tidak mengundang tamu dari luar daerah dan para peziarah yang hadir dalam kegiatan itu hanya berasal dari Pulau Bangka.
Kegiatan berlangsung sejak Minggu (2/8) malam didahului dengan khataman quran dan tausiah di Surau Tanjung dilanjutkan dengan pembacaan selawat Burda dan Tasmiyah dan diakhiri kegiatan perarakan peziarah bergerak menuju Pemakaman Kute Seribu untuk menziarahi makam para pendiri dan aulia Kota Mentok.
Pada ziarah itu, tidak semua peziarah diizinkan masuk area pekuburan, hanya untuk para ulama dan undangan utama, dikarenakan ruang dan tempat yang sempit, juga sesuai protokol kesehatan.
Selanjutnya, para peziarah bergerak menuju Masjid Jamik Mentok untuk mengikuti tausiah dan pembacaan Manaqib Shohibul Haul dan Ziarah dan ditutup dengan tradisi makan siang bersama.