Toboali (Antara Babel) - Pendapatan daerah dari sektor retribusi jasa kebersihan sampah di Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung (Babel) hingga November 2014 mencapai Rp100 juta lebih atau di atas target yang ditetapkan Rp75 juta per tahun.
"Diperkirakan retribusi sampah akan terus bertambah hingga akhir tahun nanti, karena operasi angkutan sampah terus dilakukan secara optimal untuk mewujudkan Bangka Selatan, bersih, indah dan sehat," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangka Selatan, Achmad Ansori di Toboali, Jumat.
Ia menjelaskan, retribusi sampah tahun ini mengalami peningkatan karena pelayanan angkutan sampah yang diperluas hingga Kecamatan Air Gegas, sebelumnya hanya di Kecamatan Toboali.
"Pada tahun depan pelayanan angkutan sampah akan diperluas ke Kecamatan Payung, Simpang Rimba, Lepar Pongok, Tukak Sadai, untuk meningkatkan pendapatan daerah dan mewujudkan daerah yang bersih, indah dan sehat," ujarnya.
Dalam upaya mengoptimalkan pelayanan angkutan sampah warga, kata dia, saat ini sarana armada angkutan sampah yang tersedia sebanyak 10 unit dan kedepannya akan terus diperbanyak seiring di perluasnya pelayanan angkutan sampah di daerah itu.
"Saat ini, hanya enam unit truk sampah yang beroperasi, sementara unit empat unit lainnya dalam masa perbaikan ringan.
Setiap hari ada enam unit mobil yang beroperasi menggangkut sampah di wilayah Toboali, dengan tiga personil setiap mobilnya," ujarnya.
Menurut dia, sampah yang diangkut akan ditempatkan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)di Desa Kepoh, berjarak sekitar 14 kilo meter dari Kota Toboali.
"Hingga saat ini sampah belum bisa dimamfaatkan secara maksimal karena terkendala berbagai hal, misalnya sumber daya manusia, peralatan dan jarak yang cukup jauh antara Kota Toboali dan Air Gegas ke TPA di Desa Kepoh," katanya.
Namun demikian, kata dia, kedepan sampah akan dijadikan pupuk organik, dengan pengolahan yang teratur, agar ketersediaan pupuk organik mencukupi untuk memenuhi kebutuhan warga yang cukup tinggi.
"Dengan adanya pengolahan sampah menjadi pupuk organik yang optimal, maka ketersediaan pupuk organik dari sampah ini akan lebih banyak untuk meningkatkan hasil pertanian," katanya.
Untuk itu, ia mengimbau, masyarakat agar dapat memisahkan sampah berdasarkan jenis, seperti sampah organik dan sampah non organik untuk mempercepat dan mempermudah pengolahan sampah menjadi pupuk organik.
"Saat ini, kami masih terkendala dengan tekhnik pemisahan antara sampah organik dengan non organik sehingga pengolahan sampah menjadi pupuk belum bisa dilakukan, semoga masyarakat dapat memisahkan jenis sampah sehingga mudah dikelola menjadi
pupuk," ujarnya.