Pangkalpinang (ANTARA) - Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung hingga November 2020 telah menangani 1.309 kasus tuberkulosis (TBC) atau masih kategori tinggi, karena kesadaran masyarakat untuk berprilaku pola hidup sehat masih perlu ditingkatkan.
"Kita pastikan ketersediaan logistik dan obat cukup untuk menanggulangi TBC ini," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Babel Mulyono Susanto saat membuka Lokakarya Logistik Tingkat Provinsi Program Penanggulangan Tuberkulosis di Pangkalpinang, Kamis.
Ia memastikan dengan adanya peningkatan kasus TBS selama Januari hingga 17 November 2020 yang mencapai 1.309 kasus ini, maka pengelolaan logistik yang efektif dan efisien diperlukan untuk menemukan kasus secara cepat dan dapat diakses dengan mudah oleh pasien TBC.
"Alat diagnosis TBC yang digunakan saat ini adalah mikroskop, tes cepat molekuler (TCM) TBC, serta biakan dan uji kepekaan," ujarnya.
Selain itu, diperlukan obat dan alat pendukung lainnya untuk memastikan pasien TBC menyelesaikan pengobatannya sampai sembuh sesuai tata laksana pasien TBC.
"Perkiraan insiden TBC di Babel pada 2020 berdasarkan hasil studi inventori sebesar 5.923 kasus dengan skala 390 per 100.000 penduduk, atau meningkat dibandingkan tahun sebelumnya 2.134 kasus TBC," katanya.
Dia menjelaskan untuk mendukung ketersediaan logistik, baik obat antituberkulosis (OAT) maupun non-OAT, diperlukan upaya pengelolaan logistik yang baik, mulai dari tahap perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi, sampai dengan penggunaannya.
"Harus ada pengelolaan yang baik, agar logistik yang dibutuhkan dapat tersedia sesuai dengan jumlah, waktu, maupun lokasinya," katanya.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Babel Hendri mengatakan penemuan kasus baru TBC ini terkendala dengan pencatatan dan pelaporan kasus.
"Ada masyarakat yang melaksanakan pengobatan tuberkulosis di rumah sakit swasta, klinik, dokter praktik mandiri, maupun mantri, dan data ini tidak tercatat di laporan petugas,” katanya.
Ia mengemukakan pelayanan pemerintah-swasta berbasis kabupaten diharapkan menjadi salah satu solusi agar penemuan kasus tuberkulosis terjadi secara masif, baik dengan cara aktif maupun pasif.
"Pengobatan yang benar dan lengkap serta pencatatan dan pelaporan yang baik dengan melibatkan peran klinik dan dokter praktik mandiri merupakan kolaborasi yang baik sehingga penanganan kasus TBC dapat teratasi," ujarnya.