Kuala Lumpur (ANTARA) - Pembacaan puisi Nanggala 402 secara dalam jaringan yang diselenggarakan oleh Persatuan Pemuisi Nasional Malaysia (PEMUISI) Sabtu malam hingga Ahad dini hari dihadiri oleh peserta dari enam negara yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, Thailand dan Korea Selatan.
Presiden PEMUISI Datuk Dr. Radzuan Ibrahim di Kuala Lumpur, mengatakan puisi yang dibaca pada acara itu akan disiarkan dalam Jurnal PEMUISI edisi khusus Belasungkawa KRI Nanggala 402 yang akan diterbitkan pada Juli 2021.
"Seorang peserta yang dinyatakan positif COVID-19 sehari sebelumnya, Novi Junaidi (34) yang juga guru bahasa Indonesia di Bogor, Jawa Barat, tidak patah semangat untuk meneruskan keikutsertaannya dalam acara Baca Puisi Nanggala 402 melalui aplikasi Zoom yang diselenggarakan PEMUISI," ujar Radzuan.
Novi mengatakan walaupun saat itu keadaan kesehatannya tidak mengizinkan dia merasa itulah caranya mengucapkan terima kasih kepada para pejuang yang telah berkorban untuk membela bangsa dan negara dalam kejadian tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 di perairan Bali pada 21 April lalu.
Meskipun saat itu dia dalam kondisi yang sulit, dia merasa inilah bentuk ucapan terima kasihnya kepada para pejuang yang telah berkorban untuk membela bangsa dan negara. Dia juga merasa terharu dan bahagia karena negara sahabat sangat peduli dengan kejadian yang telah terjadi di Indonesia," kata Radzuan.
Karena itu, ujar Radzuan, ada rasa tanggungjawab dia karena pembacaan puisi yang dilakukan bukan saja untuk dirinya sendiri tetapi untuk bangsa dan negara dan menurutnya juga untuk panitia yang telah menyiapkan dengan baik.
Pada kesempatan tersebut Novi Junaidi yang membaca puisi karyanya berjudul "Nanggala Senjata Baladewa" yang merupakan salah seorang dari delapan anggota Sumbar Talenta Indonesia yang menyertai acara yang menghimpun 30 peserta dari Malaysia, Indonesia, Singapura, Brunei, Thailand dan Korea Selatan.
Peserta dari Malaysia termasuk sastrawan negara Datuk Dr. Zurinah Hassan, Kepala Lembaga Pengelola Dewan Bahasa dan Pustaka, Datuk Seri Dr. Awang Sariyan dan bekas Wakil Canselor Universiti Malaya, Datuk Prof Emeritus Dr. Hashim Yaacob.
Sementara Singapura diwakili oleh pasangan suami isteri Samsuri Sumadi dan Ratna, Brunei oleh Dr. Zefri Ariff, Thailand oleh Dr. Suraiya Japakiya dan Korea Selatan oleh Dr. Myoung Sook Kang.
Indonesia diwakili oleh antara lain Profesor Madya Drs. Siamir Marulafau dari Universitas Sumatera Utara (USU), Asrizal Nur, Pemimpin Perkumpulan Rumah Seni Asnur (PERRUAS) dan Sastri Bakry, pendiri Sumbar Talenta.
Sastri Bakry yang turut membaca puisi pada acara itu berkata penyertaan organisasinya dalam acara itu merupakan satu penghormatan kepadanya.
"Alhamdulillah, sebuah penghormatan besar bagi Sumbar Talenta Indonesia karena kita bisa berkolaborasi dan memberi penghormatan kepada arwah para pahlawan Nanggala 402. Baca Puisi Nanggala 402 sungguh sebuah apresiasi luar biasa buat para pahlawan kami yang menjadi korban ganasnya laut," katanya.
Ia menyatakan bangga diajak ikut mendendangkan sajak karena sejak persiapan hingga penampilan 8 Mei kesedihan telah menyelimuti diri anggota Sumbar Talenta apalagi dirinya menuliskan puisi Nanggala betul-betul dari lubuk hati yang paling dalam.
Sementara itu Azrizal Nur mengatakan selain penampilan yang baik semua peserta, persiapan teknik oleh panitia juga sangat memuaskan.
"Tetapi yang lebih dari itu adalah niat acara ini sangat bagus yaitu sebagai rasa kepedulian kepada musibah yang terjadi ke atas kapal selam Nanggala 402," katanya.
Acara yang disiarkan secara langsung di Facebook PEMUISI BERKARYA itu juga disertai dua tokoh Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia Indonesia (ISWAMI) yaitu Tokoh Wartawan Negara 2019, Tan Sri Johan Jaaffar dan Presiden ISWAMI Indonesia Asro Kamal Rokan.
Asro Kamal yang juga Editor Senior Redaksi Jurnal Nasional dan mantan Pemimpin Umum LKBN Antara mengatakan acara itu menyatukan perasaan kemanusiaan tanpa batas sempadan negara.
"Dari pelbagai media sosial yang terpantau, sangat positif. Acara ini menyatukan perasaan kemanusiaan tanpa sekat negara. Di sisi lain, sangat baik bagi hubungan Indonesia-Malaysia, yang terkadang terganggu oleh isu-isu setempat, katanya yang turut membaca puisi karyanya bertajuk "Menanti Waktu Tiba (Duka KRI Nanggala 402)".