Mataram, (Antara Babel) - Sejak dua tahun terakhir ini, setiap tahun belasan pasien gizi buruk disertai komplikasi penyakit lainnya yang menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) Nusa Tenggara Barat (NTB) meninggal dunia.
"Pada 2011 sebanyak 12 orang pasien gizi buruk disertai penyakit ikutan meninggal dunia, tahun berikutnya 13 orang meninggal. Tahun ini belum ada," kata Wakil Direktur Pelayanan RSUP NTB dr Lalu Ahmadi Jaya, di Mataram, Senin.
Ia mengatakan, sebanyak 12 orang pasien gizi buruk yang meninggal dunia itu merupakan bagian dari 72 orang pasien gizi buruk disertai penyakit ikutan yang menjalani perawatan di RSUP NTB sepanjang 2011.
Sedangkan 13 orang pasien gizi buruk yang meninggal dunia merupakan bagian dari 93 pasien gizi buruk yang menjalani perawatan pada 2012.
"Tahun ini, sejak Januari hingga akhir Februari ini sebanyak 11 pasien gizi buruk disertai penyakit ikutan yang menjalani perawatan medis, dan empat pasien masih dirawat. Tujuh pasien sudah kembali ke rumahnya," ujarnya.
Empat pasien gizi buruk yang masih dirawat itu, kata Ahmadi, juga disertai gejala klinis gizi buruk yang dirujuk dari rumah sakit kabupaten dan puskesmas.
Keempat pasien itu yakni Johan Resi (13 bulan) yang menderita gizi buruk disertai gejala klinis kurang berat badan, dan Ega Epriyani (18 bulan) menderita gizi buruk disertai kelainan jantung, dan penyakit bawaan lainnya.
Zulfi (12 bulan) gizi buruk disertai gejala gagal tumbuh, dan anemia, dan Erna Murniati (3 bulan) dengan gejala klinis marasmus disertai palatoskisis (tidak mempunyai langit-langit).
Menurut Ahmadi, umumnya pasien gizi buruk yang dirujuk ke RSUP NTB itu juga menderita peyakit bawaan, bahkan komplikasi penyakit, sehingga masa pemulihan kondisi kesehatannya cukup rumit, dan tidak jarang meninggal dunia.
Dengan demikian, bukan hanya gejala klinis gizi buruk, tetapi juga beragam penyakit ikutan, sehingga penanganan medisnya pun harus diawali dengan pemulihan kondisi, baru pengobatan penyakitnya.
Gejala klinis gizi buruk itu yakni badan kurus, dan wajah terlihat lebih tua dari usia yang menunjukkan gejala kekurangan karbohidrat (marasmus), serta adanya komplikasi penyakit kronis seperti kelainan penglihatan, dan gangguan pernapasan.
Sementara penyakit ikutannya antara lain berat badan tidak normal yakni tidak sampai 10 kilogram, terindentifikasi menderita kelainan di lapisan paru yang mengarah ke TBC, gangguan jantung, hydrocephalus (kepala membesar), gejala TBC, serta infeksi.
Namun, biaya pelayanan medis untuk para pasien gizi buruk dengan komplikasi beragam penyakit itu dibebankan kepada program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), sehingga terlayani secara gratis.
"Tentu kondisi pasien seperti itu erat kaitannya dengan pola asupan gizi, dan perhatian terhadap kondisi kesehatan anak dan balita itu. Biasanya penyakit bawaannya mencuat baru dibawa ke puskesmas hingga dirujuk ke RSUP NTB, padahal juga menderita gizi buruk namun pola asupan gizi kurang baik," ujar Ahmadi, yang didampingi dr Dewi Sangawati SPA, dokter ahli anak yang menangani pasien gizi buruk di RSUP NTB.
Belasan pasien gizi buruk meninggal
Senin, 25 Februari 2013 15:59 WIB
Pada 2011 sebanyak 12 orang pasien gizi buruk disertai penyakit ikutan meninggal dunia, tahun berikutnya 13 orang meninggal. Tahun ini belum ada,"