Jakarta (ANTARA) - Satgas COVID-19 mengimbau kepada posko komando pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di tingkat kelurahan dan desa untuk lebih memperhatikan kegiatan vaksinasi yang diberikan kepada kelompok khusus seperti disabilitas dan penduduk lansia.
“Vaksinasi harus punya konsep no one left behind (tidak meninggalkan seorang pun di belakang). Jadi artinya mereka yang disabilitas, yang tidak punya akses, tidak punya akselerasi, posko PPKM harus mengajak mereka untuk vaksinasi dan difasilitasi diberikan akses,” kata Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas COVID-19 Alexander K. Ginting di Jakarta, Selasa.
Dalam acara bertajuk “Percepatan Vaksinasi, Solusi Jitu Cegah Virus Baru” yang terpantau secara daring, Alexander menjelaskan, hal tersebut penting dilakukan mengingat banyak disabilitas dan lansia yang kesulitan untuk datang dan ikut mengantre pada suatu kegiatan vaksinasi serta tidak memiliki kendaraan untuk bisa menjangkau lokasi tersebut.
Ia menyarankan kepada warga sekitar dan petugas yang bertugas, untuk membantu kelompok khusus termasuk ibu hamil agar bisa mendapatkan vaksin dengan rajin melakukan sosialisasi soal vaksin, melakukan pendampingan dan melakukan penjemputan agar mereka dapat dengan nyaman mengikuti kegiatan vaksinasi hingga pulang ke rumah.
“Mereka juga lansia yang tidak bisa bertarung dengan mereka yang sehat, untuk antre dan bersama-sama ke sentra vaksinasi ini. Harus ada kesadaran dari warga untuk menjadi relawan untuk mendaftarkannya, mengajakannya, mendampinginya kemudian mengantarkannya balik ke rumah,” ujar dia.
Ia mengatakan hal itu perlu mendapatkan perhatian khusus mengingat penduduk lansia dapat terus menambah angka mortalitas (kematian) ketika terinfeksi COVID-19.
“Jadi vaksinasi ini tidak bisa kita hanya 'halo-halo' saja. Tetapi harus mengajak, harus jemput pula khususnya kepada kelompok khusus. Dalam hal ini apakah itu ibu hamil, remaja, kemudian juga lansia dan mereka yang disabilitas,” ucap dia.
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan varian baru yang lahir akibat mutasi virus SARS-CoV-2 dapat menular kepada siapapun tanpa melihat batas usia seseorang.
“Dia bisa menyerang mulai dari bayi, balita orang dewasa bahkan pada lansia. Kita melihat pada usia lansia ini berisikonya menjadi lebih tinggi bahkan pada orang yang memiliki komorbid (penyakit bawaan), begitu juga pada anak-anak,” kata Nadia.
Nadia mengimbau walaupun saat ini varian baru yang ada di Indonesia sebesar 98 persen adalah varian Delta, namun penting untuk seluruh warga tetap mewaspadai adanya varian baru yang akan lahir dan datang ke Tanah Air.
Ia meminta seluruh pihak untuk tidak euforia terhadap penurunan kasus saat ini dan bekerja sama agar tetap waspada dengan terus menjaga protokol kesehatan serta melakukan vaksinasi untuk dapat terus melindungi diri sendiri dan orang-orang di lingkungan sekitar dari penularan COVID-19.
“Artinya jangan kemudian kita menjadi euforia dengan kondisi ini, karena kita harus tetap waspada. Cakupan vaksinasi yang belum mencukupi artinya kita perlu selalu disiplin protokol kesehatan,” kata dia.
Berita Terkait
Satgas: Disiplin protokol kesehatan cegah lonjakan kasus COVID-19
21 September 2021 18:56
Babel aktifkan Satgas COVID-19 tangani karhutla
4 September 2023 19:42
Babel kemarin, pembubaran Satgas Penanganan COVID-19 hingga jamaah haji Bangka Tengah meninggal dunia
29 Juni 2023 08:06
69 juta jiwa sudah divaksinasi booster pertama
28 Juni 2023 20:28
Babel bubarkan Satgas Penanganan COVID-19
28 Juni 2023 17:41
Penerima vaksin COVID-19 booster kedua capai 3,37 juta pada Selasa
27 Juni 2023 19:55
Deklarasi endemi di Indonesia menyusul tujuh negara lainnya
22 Juni 2023 13:52
Pengobatan dan vaksinasi COVID-19 masih dijamin Pemerintah
22 Juni 2023 11:58