Perth (Antara Babel) - Perdana Menteri (PM) Australia, Tony Abbott, tidak
membantah dugaan bahwa petugas Australia membayar penyelundup
pengungsi, yang berniat memasuki perairan Australia, agar mengarahkan
kapalnya kembali ke Indonesia dan tidak jadi masuk ke Australia.
Dalam wawancara dengan radio 3AW, Jumat pagi, PM Abbott menegaskan bahwa
pihak keamanan pemerintah Australia akan melakukan segala cara untuk
menghentikan perahu pengungsi melaju menuju Australia.
Beberapa laporan menyebutkan bahwa pada pekan lalu, petugas Australia
membayar penyelundup pengungsi 40.000 dolar Australia atau setara dengan
Rp420 juta (sedolar Australia setara Rp10.500), sebagai cara mencegah
kapal itu masuk ke perairan utara Australia dan kembali ke Indonesia.
Pernyataan itu pada awalnya dibantah Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop dan Menteri Imigrasi Peter Dutton.
Tapi, PM Abbott menghindar menjawab pertanyaan apakah benar petugas
Australia membayar penyelundup agar membalikkan arah kapal pembawa
pengungsi, yang menuju Australia.
Abbott hanya menegaskan bahwa dirinya akan "menghentikan perahu dengan
pancingan atau dengan penjahat" dan tidak mau menjelaskan lebih lanjut
soal "bagaimana cara-cara itu dilakukan".
"Kami tidak ingin berkomentar tentang hal yang sifatnya operasional.
Kami teguh mengupayakan agar kapal-kapal ilegal tidak sampai masuk ke
Australia," kata dia seperti dikutip News.com.au.
Ia menimpali, "Kami akan lakukan apa saja yang diperlukan untuk
melindungi negara dari penyelundup manusia dan dari dampak negatif dari
praktik perdagangan yang menelan korban nyawa manusia tersebut."
Sementara itu, oposisi Partai Buruh, lewat juru bicara oposisi kebijakan
imigrasi, Richard Marles, mengatakan bahwa "Rakyat Australia perlu tahu
apakah pemerintah membayar atau tidak membayar para penyelundup
manusia, karena bila jawabannya ya, maka ini adalah perkembangan yang
sangat berbahaya".
Australia Bayar Penyelundup Agar Kapal Balik ke Indonesia
Jumat, 12 Juni 2015 15:24 WIB
Kami tidak ingin berkomentar tentang hal yang sifatnya operasional."