Chisinau (Antara Babel) - Perdana Menteri Moldova Chiril Gaburici pada
Jumat mengundurkan diri dari jabatan yang baru didudukinya selama empat
bulan setelah dituduh memalsukan gelar pendidikan.
"Saya telah memutuskan untuk mengumumkan pengunduran diri saya.
Saya tidak bisa duduk di posisi ini lebih lama lagi," kata Gaburici
dalam pernyataan tertulis yang diunggah di laman resmi pemerintah
Moldova.
"Saya bukan merupakan politisi, saya hanya seorang manajer. Saya
tidak ingin ambil bagian dalam permainan politik," kata tokoh berusia 38
tahun itu.
Pada Kamis lalu, Gaburici sempat menjalani sesi penyelidikan
bersama sejumlah jaksa terkait tuduhan bahwa dia telah memalsukan ijazah
sekolah menengah atas. Dia mengaku mengundurkan diri untuk menghindar
dari sorotan politik sekaligus memastikan kestabilan negara.
"Saya tidak ingin pertanyaan soal latar belakang pendidikan saya menjadi topik utama nasional," kata dia.
Gaburici menjabat sebagai perdana menteri pada 18 Februari lalu
setelah Partai Liberal Demokrat berhasil membentuk koalisi dengan
sejumlah partai pro-Uni Eropa lain.
Sebelumnya, dia bekerja di perusahaan telekomunikasi Moldcell dan Azarcell.
Moldova adalah pecahan Uni Soviet dengan jumlah populasi sekitar
3,5 juta jiwa. Negara yang terletak di antara Ukraina dan Romania itu
adalah salah satu negara paling miskin di Eropa.
Pada tahun lalu, pemerintah Moldova menandatangani penggabungan
diri dengan Uni Eropa meski mendapat tentangan besar dari Rusia.
Menanggapi langkah pro-Barat tersebut, Moskow kemudian merespon
tindakan tersebut dengan menerapkan larangan impor buah dari Moldova.
Rusia kini masih terus menempatkan pasukan di wilayah Moldova yang
telah menyatakan diri merdeka, Transdniestr. Dalam beberapa tahun
terakhir, Rusia menyediakan bantuan bagi wilayah berpenduduk 500.000
jiwa itu --sebanyak 180.000 di antaranya berkewarga-negaraan Rusia.
Pemilihan umum daerah rencananya diselenggarakan pada 14 Juni untuk membentuk parlemen dan koalisi baru, demikian AFP.