Jakarta (Antara Babel) - Ahli kesehatan mengungkapkan, deteksi dini berpeluang menambah harapan hidup penderita kanker paru-paru.
Spesialis
bedah toraks dan kardiovaskular pada Rumah Sakit Gleneagles, Singapura,
Su Jang Wen mengatakan, deteksi dini bisa dilakukan melalui pemeriksaan
CT-Scan Thorax dengan radiasi rendah, terutama bila seseorang mengalami
gejala-gejala seperti sulit bernafas dan batuk tidak kunjung sembuh.
"Sulit
bernafas, sering batuk, sebenarnya bisa menjadi gejala awal kanker
paru-paru, namun hal ini seringkali tidak dianggap serius. Baru disadari
jika sudah stadium akhir (4)," ujar Jang Wen di Jakarta, beberapa jam
lalu.
Dia mengatakan, kebanyakan penderita baru mengetahui
penyakit ini setelah memasuki stadium akhir dan bila sudah begini, 95
persen kemungkinan penderita meninggal dunia dalam kurun waktu empat
bulan.
Jang Wen mengatakan, ada salah satu teknologi medis, yakni
Oksigenasi Membran Extracorporeal (ECMO) yang bisa membantu penderita
saat mengalami kegagalan fungsi paru-paru dan jantung.
EMCO
terdiri dari sebuah pompa dan beberapa tabung. Alat ini seakan-akan
bertindak menggantikan fungsi jantung atau paru-paru yang lemah, selagi
tim dokter memulihkan jantung atau paru-paru yang terserang penyakit
sampai akhirnya bisa berfungsi normal kembali seperti sedia kala.
"Pompa
akan menarik darah dari pasien melalui tabung, memompa darah melalui
membran oxygenator dan kemudian kembali ke pasien. Membran oxygenator
bertindak seperti paru-paru, menambahkan oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida dari darah," kata Jang Wen.
Adapun lamanya penggunaan ECMO tergantung dari perkembangan kondisi jantung atau paru-paru pasien.
Menurut
dia, biasanya alat medis ini digunakan ketika pasien mengidap
myocarditis atau peradangan pada otot jantung akibat infeksi virus
sehingga kerja jantung penderita turun drastis.
Namun, tidak
jarang juga digunakan dalam kasus gagal jantung, serangan jantung dan
shock kardiogenik di mana jantung tidak mampu memompa darah ke seluruh
tubuh, pascaoperasi jantung terbuka atau gagal nafas.
Pada beberapa kasus alat ini digunakan untuk menolong pasien yang mengalami kegagalan pernapasan akibat flu.
Meskipun tingkat keberhasilan alat ini mencapai 70 persen, tak semua penderita dapat menggunakannya.
"Perlu
justfikasi yang benar dari dokter, apakah pasien bisa diselamatkan atau
tidak. Karena biaya yang mahal, yakni sekitar 100 ribu dollar," pungkas
Jang Wen.
Berita Terkait
Dinkes Babel imbau masyarakat untuk berhenti merokok tekan penyakit jantung
29 November 2024 15:12
Obat penurun berat badan bisa bantu kurangi risiko serangan jantung
13 November 2024 14:01
Studi baru tunjukkan kaitan konstipasi dengan risiko penyakit jantung
13 November 2024 12:42
Susu dapat tingkatkan risiko penyakit jantung pada wanita
12 November 2024 10:49
Berdiri terlalu lama berkaitan dengan risiko penyakit jantung
18 Oktober 2024 11:07
Bahaya konsumsi garam berlebih menurut pakar gizi
4 Oktober 2024 16:49
Kepatuhan pasien dalam penggunaan obat jantung
20 September 2024 10:31
Hari jantung sedunia momentum edukasi tentang penyakit jantung anak
18 September 2024 14:35