Pangkalpinang (Antara Babel) - Kepala Badan Pengelolaan, Pengembangan, dan Pemasaran Lada Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Zainal Arifin mengimbau petani tidak memanen lada lebih awal karena memengaruhi kualitas komoditas ekspor tersebut.
"Selama musim kemarau petani memanen ladanya lebih awal, karena mereka takut tanaman lada mati akibat kekurangan air untuk tanaman tersebut," kata Zainal Arifin di Pangkalpinang, Sabtu.
Ia mengatakan memanen lada sebelum waktu panen akan memengaruhi kualitas lada, seperti warna lada kehitam-hitaman dan butiran yang lebih kecil.
Selain itu juga memengaruhi harga yang cukup rendah hanya Rp60 ribu per kilogram dibanding harga lada kualitas baik Rp170 ribu per kilogram.
"Kami berharap petani bersabar dan tidak memanen buah lada yang belum tiba masa panennya, karena akan merugikan diri sendiri," ujarnya.
Ia mengatakan lada berkualitas buruk atau berwarna hitam kehitaman ini tidak bisa diekspor karena tidak sesuai dengan standar ekspor komoditas ekspor tersebut.
"Lada kualitas rendah ini hanya dipasarkan di pasar lokal dan dalam negeri, karena dipaksakan diekspor maka negara tujuan ekspor akan menolak lada kualitas rendah ini," ujarnya.
Untuk itu, kata dia, petani tetap bersemangat mengelola tanaman ladanya selama musim kemarau ini, agar bisa mendapatkan keuntungan yang besar dari hasil kebunnya.
"Selama musim kemarau ini, petani harus bekerja keras dan rajin menyiram agar tanaman ladanya tidak mati dan mudah terserang berbagai penyakit," ujarnya.