Karakas (Antara Babel) - Presiden Venezuela Nicolas Maduro sudah biasa diserang pengritiknya dengan sebutan diktator komunis, tapi pemimpin sosialis Amerika Latin itu tidak pernah menduga akan dibandingkan dengan calon presiden Amerika Serikat Donal Trump.
Penutupan pintu perbatasan dan pemulangan ratusan pendatang asal Kolombia oleh Venezuela baru-baru ini justru menjadi bahan kritik kelompok oposisi. Mereka membandingkan kebijakan itu dengan usul Trump soal pengusiran pendatang gelap.
Trump juga mengutarakan pemikiran untuk memaksa Mesiko membayar pembangunan tembok pemisah di antara negara tersebut dengan Amerika Serikat.
"Maduro sering mengkritik Donald Trump, tapi tidakannya terhadap pendatang dari Kolombia justru lebih buruk daripada usul Trump," kata politisi dari kelompok oposisi, Saverio Vivas.
Pada pekan lalu, Maduro menutup pintu perbatasan setelah munculnya tembak-menembak penyelundup dengan pihak keamanan. Kejadian tersebut menyebabkan tiga tentara terluka.
Sejak saat itu, Kolombia menuding Venezuela telah melakukan deportasi besar-besaran sehingga menyebabkan sejumlah anak terpisah dari orang tuanya. Sejumlah kelompok hak asasi manusia juga mengkritik langkah Maduro itu.
Maduro menepis perbandingan dirinya dengan Donald Trump.
"Mereka mengatakan Maduro sama saja dengan Donald Trump! Bayangkan saja. Saya bahkan tidak punya potongan rambut yang sama, demikian pula jumlah uang dalam rekening kami," kata dia dalam pernyataan yang disiarkan oleh televisi lokal pada Senin lalu.
Di sisi lain, Maduro juga menyatakan bahwa Venezuela telah menjadi "korban" kelangkaan barang-barang akibat penyelundupan oleh pedagang gelap Kolombia yang menyelinapkan segalanya dari deterjen sampai bensin di perbatasan.
Perbatasan Venezuela-Kolombia sepanjang 2.219 kilometer itu memang sering menjadi jalur penyelendupan barang serta kelompok-kelompok bersenjata ilegal.
Tudingan penyelundupan sebagai sebab dari kelangkaan itu kemudian dibantah oleh kelompok oposisi. Mereka menyatakan, kebijakan kontrol harga dan mata uang dari pemerintah telah membuat bisnis penyelundupan menjadi menguntungkan.
Mantan presiden Kolombia Andres Pastrana, seorang konservatif yang sering mengkritik Maduro, baru-baru ini mengatakan bahwa pernyataan presiden Venezuela "jelas mirip seperti Trump versi Amerika Latin".
Dengan peningkatan kekecewaan terhadap kepemimpinan Maduro--yang sejauh ini gagal mengatasi kelangkaan barang, melonjaknya inflasi dan tindakan kriminal--beberapa warga mulai menganggap benar perbandingan antara presidennya dengan Trump.
"Menurut saya, keduanya orang gila. Tindakan mereka mendeportasi imigran Kolombia sangat tidak bisa dibenarkan. Saya sangat sedih melihat negara saya nampak buruk," kata Pedro Torrealba, seorang mahasiswa fakultas hukum berusia 21 tahun.