Jakarta (ANTARA) - Ketua Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas Indonesia (HIFERI) Prof. Dr. dr. Wiryawan Permadi, SpOG(K), menyebut pendapat yang menyatakan hamil bisa memperbaiki endometriosis hanya mitos.
"Faktanya, betul saat hamil tidak ada nyeri karena tidak ada haid. Jadi ada perubahan hormon yang bisa menekan gejala endometriosis tersebut. Ini bersifat sementara," kata dia dalam sebuah konferensi pers virtual terkait endometriosis, Selasa.
Menurut Prof. Wiryawan, setelah perempuan melahirkan lalu mengalami haid normal, maka gejala atau keluhan endometriosis bisa kembali terjadi seperti nyeri perut saat haid, nyeri panggul dan nyeri di luar menstruasi.
Kemudian, dari sisi peluang kehamilan, sebenarnya pasien dikatakan kategori sulit hamil akibat berbagai sebab antara lain perlengketan sehingga menyumbat saluran telur sehingga dia lebih sulit hamil. Tetapi tak berarti dia tidak bisa memiliki anak.
"Ada pasien endometriosis, kista bisa hamil. Pada saat melahirkan dioperasi ternyata kista endometriosis juga bisa pecah. Jadi, tidak berarti penderita endometriosis tidak bisa hamil," tutur dia.
Hal lain yang juga menjadi mitos yakni pengangkatan rahim bisa menghilangkan endometriosis. Menurut Wiryawan, kadangkala pasien endometriosis yang diangkat rahim bahkan kedua indung telurnya masih mengeluhkan adanya rasa nyeri.
Di sisi lain, masih ada mitos terkait endometriosis yakni nyeri haid dikatakan normal. Nyeri haid dikatakan normal intensitasnya ringan sampai sedang dan tidak bertambah hebat seiring waktu.
"Kalau nyeri haid hebat, makin lama makin progresif kita kaitkan dengan endometriosis. Kita buktikan dulu dia bukan endometriosis baru kita bisa katakan haidnya normal," kata Prof. Wiryawan.
Masih terkait menstruasi, ada yang mengaitkan pasien endometriosis dengan siklus haid tak teratur. Faktanya pasien endometrisosi justru haidnya teratur dengan nyeri ringan.
"Hal-hal seperti itu kadang menyamarkan untuk aware pada endometriosis. Banyak mitos yang harus kita klarifikasi dengan baik," tutur dia.
Endometriosis termasuk penyakit yang sangat individual, dengan gejala dan dampak yang bervariasi. Beberapa orang memiliki nyeri yang ringan saat haid, namun ada yang memiliki gejala nyeri haid berat dan berulang.
Sebanyak 1 dari 10 persen perempuan mengalami nyeri haid, panggul dan ini bisa mempengaruhi kehidupannya. Endometriosis juga dilaporkan menelan biaya yang sangat mahal dalam perawatan kesehatan, ketidakhadiran dan kehilangan partisipasi sosial dan ekonomi, demikian kata Prof. Wiryawan.
Berita Terkait
Pemberian tablet MMS bagi ibu hamil untuk cegah stunting
17 Oktober 2024 15:06
Makan ikan selama kehamilan bisa kurangi risiko autisme pada anak
8 September 2024 10:35
Pilihan makanan yang disarankan untuk penuhi kebutuhan gizi ibu hamil
3 September 2024 08:58
Kepala BKKBN anjurkan ibu menyusui tetap pakai KB
8 Agustus 2024 14:03
Kepala BKKBN sebut hamil sebelum 20 tahun berisiko lahirkan anak stunting
6 Agustus 2024 22:16
Presiden Jokowi: Cuti melahirkan enam bulan sangat manusiawi
8 Juli 2024 20:27
Dokter sebut wanita hamil boleh santap daging kambing tiga potong
17 Juni 2024 10:51
Usia 25-30 tahun masa reproduksi paling sehat bagi perempuan
17 Mei 2024 14:09