Bangka (ANTARA) - Pantiau kuliner khas Bangka Belitung ini memang selalu menggugah selera. Rasa pantiau yang kenyal tapi lembut disajikan dengan kuah ikan dan taburan bawang goreng membuat rasanya kian nikmat.
Bentuk pantiau mirip kwetiau. Bedanya pantiau disajikan dengan kuah ikan yang kental. Terbuat dari tepung beras sehingga mengkonsumsi pantiau juga cepat membuat kenyang.
Makanan satu ini cukup diminati masyarakat, tersedia di warung-warung pinggir jalan hingga restoran. Tak heran banyak yang menjadikan pantiau sebagai salah satu sajian kuliner yang memiliki prospek bisnis yang menjanjikan.
Hal itulah yang disadari Pitriningsih, sejak sembilan tahun lalu dirinya mulai merintis usaha penjualan pantiau. Dirinya terus belajar untuk membuat pantiau yang dijual dalam bentuk kiloan.
Warga RT 3 Kelurahan Sinar Jaya Jelutung, Desa jelutung, Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka ini semula tak kepikiran untuk memulai usaha. Namun, karena himpitan ekonomi saat itu membuat dia harus memutar otak agar bisa menghidupi kedua buah hatinya.
"Awalnya cuma jualan makanan kecil yang pantiau cumpuk, pempek. Ada warung kecil di pinggir jalan itu. Dalam satu hari itu saya bisa menjual pantiau cumpuk itu 3 kg. Akhirnya saya dimotivasi tetangga kenapa enggak bikin pantiau sendiri saja," katanya.
Mitra Binaan PT Timah Tbk ini menyebutkan dirinya akhirnya mencoba membuat pantiau sendiri berbekal dengan ilmu yang diberikan orang tuanya. Ternyata hasilnya melebihi ekspektasi.
Dari 1 kg beras yang digilingnya bisa menjadi 9 kg pantiau, sehingga ia kelebihan banyak. Sedangkan pantiau tak bisa bertahan lama.
"Karena masih banyak lebihnya saya ke pasar menawarkannya ke tempat penjual tahu. Ada yang mau ternyata. Saya jual pantiau perkilo karena memang belum ada waktu tahun 2013 itu yang jual pantiau perkilo begitu," katanya.
Dari satu lapak penjual tahu dan tempe di Pasar Sungailiat, akhirnya ada pedagang lainnya yang ingin menjual pantiau yang diberinya nama Pantiau Pipiet itu.
Dirinya dibantu tetangganya mencoba membuat pantiau kiloan dan memasarkannya ke beberapa pasar di Sungailiat. Penerimaan pasar cukup bagus sehingga omsetnya terus meningkat.
"Waktu itu masih enak jualannya cepat meningkat omsetnya dari 7 kg, ke 15 kg terus bertambah sampai hari ini diangka 250 kg," katanya.
Diakuinya, seiring dengan perkembangan sekarang sudah banyak yang menjual pantiau seperti dirinya. Namun, dirinya optimis produk pantiau Pipiet yang dijalaninya bisa terus berkembang.
Dirinya juga terus melakukan inovasi dengan menjual pantiau dalam beberapa kemasan seperti kemasan setengah kilo, satu kilo dan pantiau yang lengkap dengan bumbu ikannya.
Tak hanya itu, pantiau yang merupakan makanan basah tidak tahan lama. Sehingga dirinya kesulitan jika menerima pesenan dari luar daerah. Saat ini, Ia bisa menggunakan sistem vakum untuk dikirim ke luar pulau Bangka namun itupun tak bisa bertahan lama paling hanya 4-5 hari.
Peminat pantiaunya kian meningkat, sehingga dirinya merasa perlu untuk menambah wilayah jangkauan pemasaran. Namun saat itu dirinya masih terkendala modal.
Akhirnya, pada tahun 2019 dirinya menjadi mitra binaan PT Timah Tbk dan mendapatkan suntikan modal untuk bisa mengembangkan usahanya.
"Tadinya saya hanya fokus di Sungailiat saja karena tidak ada kendaraan kalau mau ke pangkalpinang untuk nganter pantiau ini. Akhirnya setelah dapat modal dari PT Timah Tbk saya beli kendaraan dan sekarang saya bisa memasarkan produk ke pasar-pasar di Pangkalpinang," ucapnya.
Selain menambah kendaraan, dari modal tersebut dirinya memiliki mesin penggiling beras yang lebih besar dan mesin penggiling ikan. Sehingga bisa memudahkan pekerjaan.
Saat ini dirinya memproduksi sekitar 250 kg pantiau setiap harinya dengan dibantu delapan tenaga kerjanya. Ratusan kilogram pantiau ini dijual ke pasar-pasar di Sungailiat dan Pangkalpinang. Selain itu, dirinya juga memiliki puluhan reseller yang ikut menjual pantiau produknya.
"Kalau hari biasa sekitar 250 kg perhari, tapi kalau puasa dan jelang lebaran itu bisa sampai 600 kg/hari. Kalau untuk bumbu ikan itu sendiri sekitar 15 kg perminggu. Karena memang lebih banyak pantiau yang kiloan orang beli karena biasanya orang buat sendiri bumbunya. Dan biasanya pantiau ini buat dijual kembali seperti di warung-warung," sebutnya.
Semenjak menjadi mitra binaan PT Timah Tbk banyak sekali manfaat yang bisa dirasakannya, selain menambah wilayah pemasaran, omsetnya pun bertambah.
"Awalnya hanya 160 kg karena hanya di Sungailiat sekarang bisa lebih 250 kg. Pantiau dipasarkan di pasar-pasar Pangkalpinang seperti pasar pembangunan, pasar kampung asem, pasar pagi dan pasar air itam," sebutnya.
Sedangkan di Sungailiat dirinya pantiaunya dijual di Pasar Higenis, Pasar Betuah, Pasar Kite Sungailiat dan Pasar Kenanga.
Ia bercita-cita kedepannya bisa mengembangkan pantiau kering sehingga bisa dijual ke berbagai daerah.
"Cita-cita saya itu bagiamana pantiau ini bisa kering jadi lebih tahan lama dan bisa dijual ke berbagai daerah," ucapnya.
Dengan meningkatnya pemasaran pantiaunya, ia tak menampik bahwa omsetnya juga tembus puluhan hingga ratusan juta perbulan dari usaha yang dijalankannya.
Dirinya bersyukur bisa menjadi mitra binaan PT Timah Tbk, selain bisa mengembangkan usahanya, dirinya juga dibina melalui kegiatan pelatihan yang diselenggarakan perusahaan.
"Alhamdulillah banyak sekali manfaat yang dirasakan jadi mitra binaan PT Timah Tbk, saya bisa mengembangkan usaha dan dapat pelatihan. Semoga ini bisa terus berjalan jadi UMKM punya kesempatan untuk bisa berkembang," ucapnya.
Bagi anda yang ingin menikmati pantiau Pipiet anda bisa menghubungi nomor 0823-7833-6060 atau melalui Instagram @Fitriningsih306. Bisa juga datang langsung ke RT 3 Kelurahan Sinar Jaya Jelutung, Desa jelutung, Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka.