Muntok (Antara Babel) - Sejumlah warga Dusun Ibul, Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat terpaksa merambah perkebunan kelapa sawit milik PT Gunung Sawit Bumi Lestari (GSBL) untuk bertahan hidup karena tidak bisa menjadi pekerja di perusahaan tersebut.
"Sebagian warga terpaksa menambang bijih timah di lahan perkebunan PT GSBL untuk menghidupi keluarga, untuk bertani sepertinya sudah tidak memungkinkan karena seluruh lahan yang ada dikuasai perusahaan," ujar Agum, tokoh masyarakat Dusun Ibul, Desa Belolaut di Muntok, Senin.
Ia menjelaskan, warga dusun yang masuk dalam Komunitas Adat Terpencil (KAT) itu terjepit dan tidak bisa mengembangkan pertanian atau berkebun karet yang sudah turun temurun digeluti karena lahan yang ada semuanya sudah dikuasai PT GSBL.
Ia mengatakan, PT GSBL menguasai ribuan hektare lahan yang ada di daerah itu, sementara Dusun Ibul, Desa Belolaut yang berpenduduk sekitar 100 kepala keluarga berada di tengah-tengah perkebunan itu.
"Hanya sekitar 50 persen warga yang tetap mejadi petani, itu pun hanya untuk bertahan hidup, sementara yang ditampung menjadi pekerja PT GSBL hanya enam orang dan yang lainnya menjadi tenaga serabutan dan menambang bijih timah," katanya.
Menurut dia, pemukiman warga sudah dikelilingi lahan perkebunan milik perusahaan sawit tersebut sehingga warga tidak mungkin lagi memanfaatkan lahan yang ada di sekitarnya untuk berkebun seperti kebun lada dan karet.
"Kami tidak bisa bekerja seperti dulu lagi karena lahan yang ada sudah dikuasai perusahaan, sementara kontribusi perusahaan terhadap dusun kami sangat minim, bisa dikatakan jadi penonton di daerah sendiri, mereka enggan mempekerjakan warga kami," kata dia.
Ia mengaku tidak tahu persis kenapa perusahaan perkebunan sawit itu tidak mau mempekerjakan warga di dusunnya dan malah mengambil tenaga dari luar daerah.
"Pada awalnya dahulu kami ajukan 35 orang warga untuk bisa bekerja di perusahaan tersebut, namun hanya enam orang yang diterima," kata dia.
Untuk menghidupi keluarga sehari-hari, sejumlah warga dusun itu terpaksa melakukan penambangan bijih timah di lahan milik perusahaan kendati mereka tahu pekerjaan itu dilarang dan melanggar hukum.
Ia mengatakan, warga nekat menambang timah di lahan sawit milik perusahaan karena sulitnya kawasan pertanian karena sekeliling kampung sudah ditanam sawit.
"Kami akui melakukan penambangan ini melanggar namun apa boleh buat karena untuk bertani sudah tidak ada lahan lagi dan untuk bekerja di perusahaan itu juga tidak pernah di prioritaskan," kata dia.
Ia mengatakan, warga Dusun Ibul yang melakukan penambangan bijih timah di dalam perkebunan sawit tersebut sanggup berhenti beraktivitas asalkan ada solusi dari pemerintah dan pihak perkebunan untuk memberi pekerjaan.
"Kami siap berhenti asalkan ada solusi, misalnya perusahaan mempekerjakan warga dusun, sepanjang tidak ada solusi seperti itu maka sulit menghentikannya karena ini menyangkut pekerjaan untuk menghidupi keluarga," kata dia.
Warga Ibul terpaksa rambah perkebunan kelapa sawit GSBL
Senin, 29 April 2013 18:27 WIB
"Sebagian warga terpaksa menambang bijih timah di lahan perkebunan PT GSBL untuk menghidupi keluarga, untuk bertani sepertinya sudah tidak memungkinkan karena seluruh lahan yang ada dikuasai perusahaan."