Jakarta (ANTARA) - Logam Tanah Jarang (LTJ) atau yang dikenal juga dengan sebutan Rare Earth Elements (RRE) sedang menjadi incaran banyak negara asing yang dapat dimanfaatkan untuk kemajuan dunia teknologi, maka dari itu pemerintah sedang konsen terkait pemanfaatan LTJ di dalam negeri.
Indonesia yang menyimpan banyak cadangan Logam Tanah Jarang (LTJ) atau yang sering disebut Rare Earth Elements (RRE) menjadi komoditas yang sangat langka di dunia, namun hingga saat ini pemanfaatannya di dalam negeri masih belum dapat dilakukan karena teknologi yang belum tersedia.
Padahal, LTJ memiliki banyak manfaat dan dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai teknologi modern saat ini, antara lain sebagai baterai, telpon seluler, komputer, pembangkit listrik, dan dapat menjadi bahan baku industri pertahanan dan kendaraan listrik.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves), Luhut Binsar Pandjaitan terlihat serius dalam penanganan LTJ ini, berulang kali dirinya menyinggung terkait LTJ ini yang belum dimanfaatkan di dalam negeri dan banyak diekspor secara ilegal.
"Kita mau melakukan penataan pemanfaatan di Bangka Belitung, karena di sana banyak sekali rare earth yang belum termanfaatkan, ungkap Luhut mengutip dari Kompas.com pada Selasa, 13 April 2021 lalu.
Keseriusan pemerintah terlihat dengan menerbitkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kepmenkomarves) Nomor 88 Tahun 2021 tentang Tim Koordinasi Pengawasan, Pengendalian, Penegakan Hukum dan Pemanfaatan Produk Samping atau Sisa Hasil Pengolahan (SHP) Komoditas Tambang Timah Untuk Industri Dalam Negeri.
Kepmenko 88 tahun 2021 tugasnya ada dua, melakukan hilirisasi pemanfaatan dalam negeri dan pengawasan pengendalian dan penegakan hukum terhadap upaya melanggar hukum terkait pemanfaatan LTJ. Saat ini harus lebih diperhatikan, agat tidak terjadi hal-hal yang dapat merugikan negara akibat ulah oknum-oknum yang ada.
Maka dari itu, saat ini pemerintah melakukan pembangunan pengembangan teknologi industri LTJ yang dilakukan bersama dengan enam pihak antara lain, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), PT Bersahaja, PT Rekayasa Industri (Rekind), dan PT Timah yang tertuang dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS).
Di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, PKS tentang Riset dan Percepatan Hilirisasi Monasit menjadi Oksida LTJ, Fosfat, Uranium, dan Thorium selesai ditandatangani 6 pihak. Itu berarti kickoff dalam program riset teknologi ini telah dimulai. Indonesia akan punya teknologi sendiri dalam pemanfaatan dan pengoptimalisasikan Logam Tanah Jarang (LTJ).
Arbi Leo mengungkapkan bahwa dirinya berterimakasih atas kepercayaan yang diberikan oleh Pemerintah terkhusus atas inisiasi Kemenkomarves sehingga dirinya sebagai CEO dari PT Bersahaja hari ini bisa menandatangani PKS untuk ikut serta menjadi bagian sejarah dalam memajukan Bangsa dan Negara dengan mewujudkan pembangunan hilirisasi industri Monazite menjadi Logam Tanah Jarang, Uranium dan Thorium, yang mana ketika ini berjalan maka akan menciptakan kemajuan berbagai industri di Tanah Air.
“Kami PT Bersahaja berterimakasih dan sangat mengapresiasi karena sudah diberikan kesempatan untuk turut serta dalam pengembangan teknologi dalam negeri, khususnya untuk LTJ ini. Semoga program ini berjalan lancar dan tanpa kendala, sehingga NKRI nantinya akan punya bargaining kuat dalam sektor energi dan mineral” kata Arbi Leo.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sangat berharap realisasi PKS ini dapat berjalan dalam waktu dekat dan diselesaikan agar Indonesia dapat menikmati hasil dari teknologi dalam negeri dengan Sumber Daya Alam (SDA) Tanah Air.
"Mudah-mudahan ini akan berjalan lancar, walaupun diperlukan komunikasi yang lebih intense karena melibatkan enam pihak. Ini sebuah kerja sama yang luar biasa dan saya pikir melakukan riset dan hilirisasi monazite ini bisa menjadi sesuatu yang menjadi lebih bermanfaat bagi bangsa dan negara," jelas Hendri.
Sementara itu, Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah Kemenkomarves Rofi Alhanif mengatakan, PKS ini merupakan sejarah baru bagi Indonesia dimana antara Pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Swasta dapat bekerja sama untuk membangun sesuatu yang baik untuk riset.
"PKS ini betul-betul harus kita kawal dan mudah-mudahan sesuai target awal output dari PKS ini kita bisa mendorong hiilirisasi untuk pengolahan monasit menjadi oksida LTJ yang bisa terlaksana," katanya.
Rofi berharap, 2024 nanti Indonesia sudah memiliki demo plan yang bisa membuktikan anak bangsa dapat membuat teknologi pengolahan LTJ yang masih belum banyak di dunia.
"Kedepan logam ini akan penting dan stragis yang membuat akan menjadi rebutan banyak negara karena penerapannya untuk teknologi," katanya.
Secara bersamaan, Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Ediar Usman mengatakan, PKS ini merupakan hal yang baik sesuai dengan Undang-undang Nomo 3 Tahun 2020 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang mengamanatkan perlunya meningkatkan nilai tambah yang bertujuan dampak ekonominya lebih tinggi dan teknologi yang lebih hilir.
"Kami dari ESDM tentu saja menyambut baik PKS ini dan mudah-mudahan apa yang kita canangkan bisa mewujudkan satu hasil yang lebih baik. Kami juga nanti untuk LTJ ini akan menjadi objek pengusahaan di Bangka Belitung dan Mamuju dengan cara lelang, sudah banyak pihak yang minat untuk mengusahakan," jelasnya.
Direktur Utama Rekind Triyani Utaminingsih mengatakan, dengan adanya sinergi antara enam pihak ini akan membuahkan hasil maksimal sesuai dengan yang kita harapkan bersama menjadi tonggak bersejarah dan bagi hilirisasi dari riset teknologi kebanggaan di tanah air kita.
"Pengembangan teknologi merah putih ini merupakan langkah penting dalam mewujudkan industri nasional yang efektif, efisien, dan mandiri dengan mengandalkan SDA dalam negeri," katanya.
Rekind meyakini, sinergi para stakeholder mampu mewujudkan pengembangan teknologi dalam negeri dan penting direalisasikan, apalagi pertumbuhan LTJ di dunia akan terus meningkat seiring aplikasi LTJ.
"Pengembangan teknologi ini sangat penting dalam mendukung transisi energi, pengurangan karbon, ekonomi sirkular, dan percepatan penyediaan infrastuktur," jelasnya.
Selain mewujudkan LTJ, Rekind juga berharap momen ini dapat dijadikan anak bangsa sebagai dorongan untuk meningkatkan kompetensi demi kemajuan bangsa.
"Semoga PKS ini dapat meningkatkan kompetensi anak bangsa yang muaranya dapat memperkokoh sumber daya riset dalam mengakselerasi kepemilikan teknologi bagi bangsa dan negara," katanya.