Mentok, Babel (ANTARA) - Peneliti budaya dari Yayasan Kapong Sebubong Indonesia, Ranto MA berpendapat saatnya Pemerintah Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung membangun museum kebudayaan sebagai salah satu bentuk keseriusan dalam upaya pelestarian budaya sekaligus mengenalkan peradaban masyarakat kepada generasi penerus.
"Keberadaan museum kebudayaan penting dilakukan untuk memudahkan masyarakat belajar atau mengenal secara spesifik peradaban Melayu Bangka, terutama yang pernah ada maupun yang terus berkembang di Bangka Barat," kata Ranto MA di Mentok, Sabtu.
Menurut dosen Ilmu Politik Universitas Bangka Belitung tersebut, selain untuk membantu upaya menguatkan jati diri masyarakat, keberadaan museum kebudayaan tersebut juga akan memberikan dampak positif terhadap pembangunan kepariwisataan daerah.
Ia mengatakan, pernah berkunjung ke Provinsi Kalimantan Barat untuk melihat dan belajar pola yang dilakukan pemerintah daerah memperkenalkan peradaban masyarakatnya kepada komunitas internasional.
"Kalau datang di Pontianak, kita langsung dimanjakan oleh keberadaan Museum Kalimantan Barat yang di dalamnya bisa dijumpai bagaimana proses kehidupan komunitas masyarakat di sana, mulai dari awal kehidupan hingga akhir kehidupan seorang manusia," katanya.
Dalam museum itu disajikan narasi yang menggambarkan kehidupan Suku Dayak, mulai dari kegiatan upacara perkawinan suku bangsa Dayak, prosesi kelahiran, sunatan atau khitanan Suku Dayak Kendayatn, tatto tradisional, peralatan ritual kematian, rumah sandung atau tempat pemakaman, pakaian tradisional, peralatan yang digunakan untuk bertahan hidup, perlengkapan perdukunan dan lainnya.
"Dari pengalaman itu, keberadaan museum menjadi begitu penting. Bangka Barat memiliki prasyarat untuk itu semua. Jadi, di masa mendatang keberadaan museum yang secara spesifik menarasikan peradaban Melayu Bangka perlu dibuat," ujarnya.
Selain itu, kata dia, keberadaan rumah adat Melayu Bangka juga perlu dikenalkan agar mudah diakses oleh para tamu lokal maupun domestik.
"Di Kalimantan Barat kita bisa menyaksikan Rumah Randakng dan Rumah Melayu berada di satu area terintegrasi. Dan, keberadaan Rumah Randakng itu juga baru dibangun 2013 ketika gubernurnya berasal dari Suku Dayak, saat ini keberadaan bangunan itu menjadi ikon wisata setelah Tugu Khatulistiwa," katanya.
Ia mengatakan, yang membuat Pontianak semakin menarik karena jarak antara bangunan museum, Rumah Randakng, Rumah Adat Suku Betang sangat dekat, sehingga publik yang berkunjung ke sana tidak terlalu banyak membuang waktu di perjalanan.
"Dengan mempertimbangkan jarak tempuh lokasi wisata kebudayaan yang dekat dari pusat kota menjadi pertimbangan bagi para pelancong luar daerah untuk berkunjung di tengah keterbatasan waktu kunjungan yang dimiliki," katanya.
Ranto mengatakan, pada prinsipnya semenarik apapun atraksi budaya yang dimiliki di suatu daerah, jika jarak tempuhnya jauh dan memakan waktu maka dapat dipastikan pelancong akan mempertimbangkan kembali untuk datang ke lokasi itu.
"Daerah ini bisa memulai perencanaan dan ditindaklanjuti dengan proses pembangunan karena tidak ada kata terlambat. Pemprov Babel atau Pemkab Bangka Barat perlu membangun pusat peradaban di dekat pusat pemerintahannya. Kalau ini dilakukan maka masyarakat Bangka Belitung tidak saja hanya menemukan kembali jejak peradaban yang hilang akan tetapi sekaligus menyaksikan kembali kelahiran peradaban masyarakatnya," katanya.