Bangka Barat (ANTARA) - PT Timah Tbk menyalurkan bantuan sebanyak 10 unit mesin tempel kepada nelayan di Desa Bakit, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai bentuk kepedulian terhadap warga di wilayah operasional perusahaan milik negara tersebut.
"Bantuan in merupakan respons cepat yang dilakukan PT Timah terhadap permintaan warga pesisir yang berada di wilayah izin usaha pertambangan, kami berharap bantuan ini bermanfaat untuk kesejahteraan warga nelayan," kata Sekretaris Forum Masyarakat Pesisir Bakit (FMPB) Joni Fadlan di Parittiga, Bangka Barat, Sabtu.
Ia menjelaskan, penyaluran bantuan berupa mesin tempel berkekuatan 9,8 PK tersebut merupakan tindak lanjut dari permintaan warga nelayan di Desa Bakit yang disampaikan beberapa bulan sebelumnya.
"Sebelumnya warga Desa Bakit yang berprofesi sebagai nelayan mengajukan permintaan bantuan mesin. Dari survei yang kami lakukan terhadap sekitar 120 nelayan, terdapat 100 nelayan yang benar-benar sudah parah mesinnya," katanya.
Berdasarkan hasil survei tersebut kemudian FMPB memfasilitasi dengan mengajukan proposal permintaan bantuan ke PT Timah dan setelah enam bulan baru direalisasikan melalui program tanggung jawab sosial dan lingkungan PT Timah.
Untuk langkah awal PT Timah baru menyalurkan sebanyak 10 unit mesin tempel dan rencanaya akan terus dilanjutkan secara bertahap ke depan.
"Hari ini baru kita serahkan 10 unit sesuai prioritas, yaitu warga yang benar-benar nelayan dan yang mesinnya sering rusak," katanya.
Joni mengatakan, warga Desa Bakit sebagian besar berprofesi sebagai nelayan sehingga laut merupakan tempat mencari nafkah. Laut Bakit merupakan wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah Tbk sehingga Desa Bakit termasuk ring satu prioritas perhatian PT Timah.
Selama ini nelayan di desa tersebut menggunakan mesin tempel 3,5 PK sehingga dengan modal mesin kecil. Dengan modal mesin tempel kecil, nelayan setempat tidak berani melaut terlalu jauh sehingga hasil tangkapan kurang maksimal.
Untuk membeli mesin kapasitas besar cukup berat karena harganya mahal dan hasil tangkapan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari para nelayan.
"Mesin 9,8 PK ini harganya Rp22 juta, jadi untuk bisa membelinya sangat berat," kata Joni.
Salah satu nelayan penerima bantuan Sudarman mengucapkan terima kasih kepada PT Timah karena tanpa bantuan tersebut sangat mustahil dirinya bisa membeli mesin 9,8 PK.
"Dengan hasil tangkapan yang hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, hanya bisa bermimpi untuk memiliki mesin tempel 9,8 PK, namun ternyata keinginan itu terwujud berkat bantuan PT Timah. Semoga PT Timah hasil produksi terus meningkat sehingga bisa semakin banyak warga yang dibantu," katanya.
Hal senada dikatakan nelayan penerima manfaat Herman yang selama ini tidak mengetahui tata cara mengajukan permintaan bantuan ke PT Timah.
Setelah terbentuknya FMPB di desa tersebut, maka dirinya dan banyak warga desa yang merasa terbantu sesuai kebutuhan melalui berbagai program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat.
"Keberdaan FKMB sangat membantu, warga cukup menyampaikan ke FMPB dan pengurus forum yang meneruskan ke PT Timah," katanya.