New Delhi (ANTARA) - India sebagai ketua G20 tahun ini mengatakan bahwa pertemuan para menteri luar negeri (FMM) G20 di New Delhi pada Kamis (2/3), gagal mencapai konsensus tentang perang Rusia-Ukraina.
Menurut Menlu India Subrahmanyam Jaishankar, para menlu G20 tidak bisa menyepakati posisi mengenai Ukraina serta ada perbedaan sikap dalam isu-isu yang berkaitan dengan konflik tersebut.
Namun, kata Jaishankar dalam konferensi pers usai pertemuan, G20 mencapai banyak kesepakatan lain.
“Ada banyak kesepakatan tentang sejumlah besar isu seperti memperkuat multilateralisme, mempromosikan ketahanan pangan dan energi, perubahan iklim, isu gender, penanggulangan teror," ujar dia.
Pernyataan bersama juga tidak bisa dikeluarkan dalam kesimpulan para menteri luar negeri G20. Yang ada hanya "Ringkasan Ketua dan Dokumen Hasil".
Menurut dokumen tersebut, sebagian besar anggota mengutuk keras perang di Ukraina dan menekankan bahwa konflik itu menyebabkan penderitaan yang luar biasa bagi manusia serta membuat ekonomi global semakin rapuh.
"... menghambat pertumbuhan, meningkatkan inflasi, mengganggu rantai pasokan, meningkatkan kerawanan energi dan pangan, dan meningkatkan risiko stabilitas keuangan,” demikian bunyi dokumen tersebut soal perang di Ukraina.
Para menlu G20 juga menyatakan duka atas hilangnya nyawa dan kehancuran yang tragis di Turki akibat gempa bumi dahsyat pada 6 Februari 2023 --yang juga berdampak di negara tetangga Turki, yaitu Suriah dan Lebanon.
FMM yang dimulai dengan jamuan makan malam pada Rabu (1/3) merupakan pertemuan kedua di bawah presidensi G20 India.
Menurut Kementerian Luar Negeri India, lebih dari 40 delegasi menghadiri pertemuan tersebut --termasuk menteri luar negeri Turki, Rusia, China, dan Amerika Serikat-- dan merupakan "salah satu pertemuan menteri luar negeri terbesar yang diselenggarakan kepresidenan G20."
G20 adalah platform multilateral strategis yang menghubungkan ekonomi maju dan berkembang utama dunia.
Kelompok tersebut menyumbang lebih dari 80 persen PDB global, 75 persen perdagangan internasional, dan 60 persen populasi dunia.
Sumber: Anadolu