Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan gempa magnitudo 6,4 di wilayah Samudera Hindia Selatan Jawa, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, dipicu aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia dan Eurasia.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis menengah akibat adanya aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia dan Eurasia," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik.
Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 8,63 lintang selatan dan 110,08 bujur timur, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 81 km arah Selatan Kota Wates, DIY pada kedalaman 67 km.
"Hasil analisa BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo M6,0," katanya.
Daryono mengatakan gempa bumi yang terjadi sekitar pukul 19.57 WIB berdampak dan dirasakan di daerah Kulonprogo, Nganjuk, Kebumen, Ponorogo dengan skala intensitas IV MMI atau dirasakan oleh orang banyak dalam rumah.
Baca juga: Diguncang gempa 6,6M , warga Yogyakarta berhamburan ke luar rumah
Sebaran getaran juga dirasakan hingga Kediri dan Mojokerto dengan skala intensitas III MMI atau getaran dirasakan nyata di dalam rumah.
Hingga pukul 20.30 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan ada dua gempa bumi susulan dengan magnitudo terbesar M3,9.
"Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami," katanya.
Daryono mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
"Agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa. Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah," katanya.