Pangkalpinang (ANTARA) - Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selama Januari hingga Juni 2023 telah menemukan dan menangani 1.494 kasus pasien tuberkulosis (TBC), sebagai langkah memutus mata rantai penularan penyakit tersebut.
"Kami berupaya menemukan sebanyak-banyaknya pasien TBC, untuk memutuskan mata rantai penularan TBC ini," kata Evaluasi, Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Provinsi Kepulauan Babel di Pangkalpinang, Kamis.
Ia mengatakan dalam mengoptimalkan penanganan TBC ini, Dinkes Kepulauan Babel ditargetkan dapat menemukan 6.000 kasus, namun hingga Juni 2023 baru menemukan 1.494 kasus tersebar di Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka, Bangka Tengah, Bangka Barat, Bangka Selatan, Belitung dan Belitung Timur.
"Artinya masih ada yang belum kita temukan, atau sudah ditemukan tapi belum terlaporkan dengan baik, mungkin ada yang berobat ke dokter swasta lainnya," katanya.
Ia menyatakan terkait teknologi pendeteksian TBC yakni standar menentukannya berupa diagnosa yang menggunakan alat cepat molekuler yakni alat TCM. Alat tes molekuler yang bisa melihat apakah ada mikro bakteri tbc sebagai penyebab TBC yang ada di dalam dahak.
"Alat ini begitu canggih, karena bisa memilah dan melihat apakah pasien yang terkonfirmasi baktereologis masih sebagai tipe primerkah (sensitif) atau tbc yang sudah ada," katanya.
Ia menambahkan saat ini alat pendeteksi TBC sudah ada di setiap kabupaten baik di rumah sakit atau di puskesmas se-Babel, untuk bisa mengakomodir semua kabupaten dan kota pemeriksaan TBC dengan menggunakan TCM.
"Kami berharap pusat-pusat pelayanan kesehatan menggunakan TCM ini, guna memudahkan pendataan pasien TBC dan pencegahan serta memutus mata rantai TBC ini," katanya.