Tanjung Pandan, Belitung (ANTARA) - Penjabat Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Suganda Pandapotan Pasaribu menyebutkan bahwa Pulau Sumatera merupakan kontributor perekonomian nasional terbesar kedua setelah Pulau Jawa.
Demikian disampaikan Pj Gubernur Suganda dalam sambutannya saat menghadiri sekaligus membuka secara resmi kegiatan Konsultasi Regional (Konreg) Produk Domestik Regional Bruto dan Indikator Sosial Ekonomi (PDRB-ISE) se-Sumatera tahun 2023 di Tanjung Pandan, Kamis (10/8).
"Meski sempat mencatat pertumbuhan negatif saat diterpa badai Pandemi Covid-19 pada tahun 2020 lalu, perekonomian di Pulau Sumatera terus bangkit dan menunjukkan kinerja positif yang ditandai dengan terus tumbuhnya perekonomian di Wilayah Sumatera. Yakni, dari 3,23% pada tahun 2021 menjadi 4,69% pada tahun 2022," katanya.
Ia mengatakan meskipun demikian secara kumulatif pertumbuhan perekonomian di Pulau Sumatera pada tahun 2022 berada di urutan terakhir dengan rincian nilai pertumbuhan antara lain, Maluku dan Papua 8,65%, Sulawesi 7,05%, Jawa 5,31%, Bali dan Nusa Tenggara 5,08%, Kalimantan 4,94% dan Sumatera 4,69%.
Ia menyampaikan secara spasial struktur ekonomi masih terkonsentrasi di Jawa dan Sumatera, dengan distribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 56,48% dan 22,04%
Ia mengharapkan melalui pelaksanaan Konreg PDRB-ISE se-Sumatera tahun 2023 itu, para peserta dapat saling berdiskusi tentang isu-isu ekonomi di kawasan Sumatera, mengoptimalkan potensi-potensi yang ada di provinsi masing-masing, serta mampu mengembangkan perekonomian dalam rangka mendukung pembangunan nasional.
Sementara itu kegiatan yang diikuti oleh 297 peserta dari Bappeda, Dinas Komunikasi dan Informatika, BPS, BI serta instansi lainnya dari seluruh provinsi yang ada di Pulau Sumatera ini, mengambil tema Penguatan Koridor Ekonomi Sumatera Menuju Percepatan Transformasi Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan.
"Kita semua berharap, pelaksanaan kegiatan ini dapat menghasilkan beberapa rumusan tentang strategi yang berkaitan dengan pengendalian inflasi, penurunan kemiskinan serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi di wilayah Sumatera," katanya.
Ia menyebutkan bahwa tantangan pembangunan di Sumatera adalah masih terdapatnya kesenjangan pertumbuhan ekonomi antar wilayah yang dipengaruhi oleh belum mantapnya infrastruktur.
Ia menambahkan bahwa transformasi ekonomi tidak akan tuntas dalam waktu singkat. Sehingga, diperlukan proses secara bertahap dalam rangka mendukung Indonesia menjadi negara berpenghasilan tinggi, sebelum tahun 2045.
Menurut dia percepatan transformasi ekonomi yang inklusif sangat beralasan mengingat wilayah Sumatera masih mengandalkan Sumber Daya Alam (SDA). Selain itu, masih terdapat kesenjangan pembangunan antar wilayah dan angka kemiskinan yang masih tinggi di beberapa wilayah di Sumatera.
"Basis dan fondasi ekonomi tentunya terus maju dan tumbuh dengan cepat, sehingga segalanya harus disiapkan dengan cermat. Seperti, mendorong industrialisasi, memperkukuh hilirisasi SDA, penyediaan infrastruktur digital, serta mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru yang salah satunya adalah, ekonomi biru atau blue economy," tutupnya.