Jakarta (ANTARA) -
“Indonesia salah satu dari sedikit negara dengan pemulihan ekonomi yang cepat, konsisten, dan inklusif,” kata Presiden Joko Widodo dalam pidato penyampaian RUU APBN Tahun Anggaran 2024 dan Nota Keuangan pada Rapat Paripurna DPR RI Tahun Sidang 2023 - 2024, di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Rabu.
Salah satu krisis besar yang berhasil diatasi oleh Indonesia adalah pandemi COVID-19. Presiden menyebut krisis pandemi telah menggerus perekonomian global hingga 2 triliun dolar AS dalam tiga tahun terakhir. Hal itu membuat seluruh negara menggunakan instrumen kebijakan fiskal, moneter, dan keuangan secara luar biasa.
Meski begitu, tidak semua negara berhasil mengatasi krisis tersebut, sebagaimana data yang disampaikan Dana Moneter Internasional (IMF) bahwa terdapat 36 negara yang berada dalam tekanan ekonomi akibat beban utang yang meningkat per Juni 2023.
Sementara Indonesia, sambung Presiden, berhasil menjadi salah satu negara yang berhasil menangani krisis kesehatan akibat pandemi COVID-19 dengan cepat dan baik.
Perbaikan tersebut tercermin pada pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus mencetak angka di atas 5,0 persen selama tujuh kuartal terakhir.
Kemudian, tingkat pengangguran berhasil ditekan dari 6,26 persen pada Februari 2021 menjadi 5,45 persen pada Februari 2023. Tingkat kemiskinan juga terus menurun hingga ke level 9,36 persen pada Maret 2023, setelah sebelumnya mencapai puncak pada September 2021 di level 10,19 persen.
Perkembangan yang sama juga terlihat pada tingkat kemiskinan ekstrem yang turun dari 2,04 persen pada Maret 2022 menjadi 1,12 persen pada Maret 2023.
“Pemulihan ekonomi yang cepat dan kuat telah membawa Indonesia naik kelas, masuk kembali ke dalam kelompok negara berpendapatan menengah atas (upper-middle income countries) di tahun 2022,” ujar Presiden Jokowi.
Tren pemulihan ekonomi terus berlanjut. Per semester I-2023, perekonomian nasional tumbuh sebesar 5,1 persen. Inflasi juga makin terkendali dan mencapai 3,1 persen sampai dengan Juli 2023.
Kebijakan fiskal Indonesia juga termasuk salah satu yang paling efektif dalam menangani pandemi dan menjaga pertumbuhan ekonomi.
Indonesia mampu mengembalikan defisit ke bawah 3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) satu tahun lebih cepat dari rencana awal. Padahal, di sebagian besar negara lainnya, defisit fiskal masih sangat lebar, seperti di India yang mencapai 9,6 persen PDB per tahun 2022, Jepang 7,8 persen,Tiongkok 7,5 persen, Amerika Serikat 5,5 persen, dan Malaysia 5,3 persen.
Rasio utang Indonesia juga salah satu yang paling rendah di antara kelompok negara G20 dan ASEAN, bahkan sudah turun dari 40,7 persen PDB di tahun 2021 menjadi 37,8 persen di Juli 2023.
Sebagai perbandingan, rasio utang Malaysia saat ini di tingkat 66,3 persen PDB, Tiongkok 77,1 persen, dan India 83,1 persen.
Berita Terkait
Jokowi sebut ekonomi RI tumbuh lebih tinggi daripada rata-rata global
16 Agustus 2024 15:10
Pidato RAPBN 2024 - Pemerintah alokasikan Rp108,8 triliun untuk ketahanan pangan
16 Agustus 2023 23:13
Pidato RAPBN 2024 - Pemerintah tambah anggaran perlinsos 12,4 persen demi atasi kemiskinan
16 Agustus 2023 23:09
Hilirisasi nikel perlu lingkungan bisnis yang menguntungkan
16 Agustus 2023 20:22
Pidato RAPBN 2024 - Jokowi sebut pendapatan negara pada RAPBN 2024 sebesar Rp2.781,3 triliun
16 Agustus 2023 19:26
Pidato RAPBN 2024 - Jokowi: RAPBN 2024 didesain guna percepat transformasi ekonomi
16 Agustus 2023 19:14
Pidato RAPBN 2024 - Presiden: Transfer ke daerah diarahkan beri manfaat nyata bagi publik
16 Agustus 2023 18:44
Pidato RAPBN 2024 - Presiden: Peningkatan PNBP melalui perbaikan perencanaan dan inovasi
16 Agustus 2023 17:56