Istanbul (ANTARA) - China menyatakan bahwa Israel mengabaikan kekhawatiran masyarakat internasional dengan tidak mengindahkan seruan gencatan senjata kemanusiaan di Gaza.
"Sangat disesalkan dan tidak dapat diterima," kata Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun kepada Dewan Keamanan (DK) PBB pada Senin (30/10).
"Israel, yang tidak menghiraukan kekhawatiran umum masyarakat internasional, memilih untuk lebih meningkatkan operasi militernya di Gaza dan secara formal mendeklarasikan peluncuran serangan darat," lanjutnya.
Zhang merujuk pada resolusi Majelis Umum PBB yang disahkan Jumat lalu, yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera dan jangka panjang di Gaza hingga mengarah pada penghentian permusuhan.
Brasil, yang merupakan ketua DK saat ini, menggelar pertemuan lain terkait Palestina pada Senin atas permintaan Uni Emirat Arab dan China.
"China dengan sungguh-sungguh menyerukan kepada Israel sebagai kekuatan pendudukan untuk memenuhi kewajibannya berdasarkan hukum kemanusiaan internasional, mencabut pengepungan penuhnya di Gaza, segera membatalkan perintah evakuasi darurat, dan segera memulihkan pasokan kebutuhan dasar guna mencegah bencana kemanusiaan yang lebih besar," kata dubes China tersebut, menurut transkrip resmi.
Dia mengatakan sejarah panjang isu Palestina-Israel selama puluhan tahun telah "mengajarkan kita bahwa cara-cara militer bukanlah solusi."
"China dengan sungguh-sungguh menyerukan kepada negara besar tertentu yang memiliki pengaruh khusus terhadap pihak-pihak terkait untuk mengesampingkan kepentingan pribadi dan pertimbangan geopolitiknya, serta melakukan segala upaya untuk menghentikan perang dan memulihkan perdamaian," kata Zhang, yang tampaknya merujuk kepada Amerika Serikat (AS).
Akhir pekan lalu, tentara Israel memperluas serangan udara dan daratnya di Jalur Gaza, yang telah didera serangan udara tanpa henti sejak serangan mengejutkan oleh Hamas.
Lebih dari 9.800 orang telah tewas dalam konflik tersebut, termasuk 8.306 warga Palestina, yang mencakup lebih dari 3.400 anak-anak, serta 1.538 warga Israel.
Sumber: Anadolu